Home Internasional Covid-19 Mengamuk, Brasil Kehabisan Obat Pereda Sakit

Covid-19 Mengamuk, Brasil Kehabisan Obat Pereda Sakit

Brasilia, Gatra.com - Rumah sakit Brasil kehabisan obat yang diperlukan untuk membius dan mengurangi rasa sakit pasien COVID-19 pada Kamis (15/04). Dilansir dari Reuters, pemerintah segera berupaya untuk mengimpor pasokan di tengah laporan tentang diikatnya pasien dengan sakit parah dan diintubasi tanpa obat penenang yang efektif.

Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga mengatakan, Brasil sedang dalam pembicaraan dengan Spanyol dan negara lain untuk mengamankan obat darurat. Marcelo juga menambahkan bahwa rumah sakit juga kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendapatkan tekanan besar dari internasional akibat keadaan yang terjadi di salah satu negara yang menerima dampak parah dari pandemi Covid-19 ini.

Kelompok bantuan Médecins Sans Aid (MSF) mengatakan kegagalan Brasil dalam menanggapi pandemi telah menyebabkan ribuan kematian yang sebenarnya dapat dihindari dan malah menciptakan bencana kemanusiaan yang bisa jadi lebih parah lagi.

Total kematian di Brasil akibat virus Corona tercatat 361.884 kasus. Hanya Amerika Serikat yang memiliki kasus lebih banyak dari itu dan 13.673.507 kasus yang dikonfirmasi.

Lebih banyak orang Brasil yang sekarat karena virus setiap harinya ketimbang di negara-negara lain dengan 3.560 kematian pada hari Kamis (15/04). Bolsanoro menentang karantina dan mengadakan acara besar yang di mana ia tidak mengenakan masker. Baru-baru ini ia menggunakan vaksin sebagai solusi yang memungkinan.

Kota Rio de Janeiro dan Sao Paulo sudah kekurangan obat penenang. Sekretaris kesehatan Sao Paulo mengatakan, kemampuan kota untuk merawat pasien COVID-19 yang sakit parah berada di ambang keruntuhan.

"Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan mengalami hal seperti ini setelah 20 tahun bekerja di “ICU,” ujar Aureo do Carmo Filho, seorang dokter ICU di Rio.

"Menggunakan pengekang mekanis tanpa obat bius dalah praktik yang buruk ... pasien harus menjalani penyiksaan," ujar Aureo.

Pasien COVID-19 yang sakit parah dan berjuang untuk bernapas tidak dibius untuk dipasangi ventilator. Praktik ini mengganggu dan secara alami dapat ditolak oleh tubuh.

Dengan kapasitas ruang ICU di seluruh negeri yang hampir penuh, rumah sakit terpaksa melakukan improvisasi dengan membuat ruang ICU yang seringkali kekurangan peralatan atau ahli tenaga kesehatan.

Jaringan televisi Globo pada Rabu (15/04) melaporkan kasus pasien dari Rumah Sakit Rio yang dilakukan intubasi dengan obat penenang yang kurang dosisnya, diikat ke tempat tidur.

Rumah sakit Albert Schweitzer, melalui kantor pers kota Rio yang menjalankannya, mengatakan ada kekurangan obat intubasi tetapi pengganti itu digunakan untuk memastikan bantuan medis tidak terganggu. Dikatakan pengekangan mekanis hanya digunakan saat ditentukan oleh dokter. Kota Rio menambahkan sejumlah obat intubasi yang akan tiba pada hari Kamis.

 

245