Home Hukum Giri Lulus Tes Capim KPK, Tapi Terganjal Wawasan Kebangsaan

Giri Lulus Tes Capim KPK, Tapi Terganjal Wawasan Kebangsaan

Jakarta, Gatra.com– Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono menyebutkan ada empat jenis tes dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) yang diujikan kepada para pegawai KPK. Tes tersebut antara lain tes esai, tes sikap, asesmen psikologi, dan interview. Giri menjelaskan tes esai berisi pertanyaan tentang FPI, HTI, PKI, utang negara, dan kebijakan pemerintah.

“Kemudian tes tentang sikap, yang menurut beberapa aktivis agak rasis, misalnya orang Jepang itu kejam, orang China sama saja, segala macam. Itu memang agak membingungkan bagi kami. Sebab, kami biasa berurusan dengan pemberantasan korupsi,” terangnya dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk “Dramaturgi KPK”, Sabtu (8/5).

Adapun asesmen psikologi seperti yang ada pada umumnya. Selanjutnya, para pegawai KPK menjalani wawancara secara berbeda-beda. Sebagian pegawai diwawancarai Badan Intelijen Negara (BIN), lainnya diwawancarai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), maupun Badan Kepegawaian Negara (BKN).

“Sebenarnya ini pengembangan dari tes radikalisme. Saya pernah ikut sebelumnya karena saya mencalonkan jadi pimpinan KPK dua kali, yang mana saya lolos hingga 19 besar dan 40 besar. Itu dibikin oleh Angkatan Darat (AD), dan tes itu juga diteskan kepada pegawai KPK,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, dirinya mengaku heran termasuk pegawai KPK yang tidak lolos TWK. Giri menduga hasil tes tadi sebenarnya tidak signifikan, melainkan hanya dalih untuk menyingkirkan mereka. Apalagi, kata Giri, justru tidak banyak pertanyaan dari apa yang ia tulis dalam tes, melainkan pertanyaan dari Google, medsos, dan semacamnya.

“Saya lulus tes capim [calon pimpinan] dua kali, dan itu melibatkan banyak lembaga. Saya mengikuti tes deputi empat kali dan saya lolos di sana. Maka ini menarik, karena gara-gara tes yang demikian itu saya tidak lolos. Saya pengen tahu juga, dibuka pada publik, apa indikator ketidaklolosan tersebut,” katanya.

“Saya sudah 16 tahun di KPK. Saya dapat Makarti Bhakti Nagari Award pada Desember 2020, dan Maret saya dites kemudian dinyatakan tidak lulus PNS. Ini kan kontradiksi yang luar biasa. Sebenarnya apa yang ada di balik tes ini?” tanyanya.

236