Home Kesehatan Tren Kasus Aktif Covid di Jawa Melandai, di Sumatera Meroket

Tren Kasus Aktif Covid di Jawa Melandai, di Sumatera Meroket

Medan, Gatra.com- Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan bahwa dalam dua bulan terakhir tren kasus aktif covid melandai setelah terjadinya peningkatan kasus di bulan Desember tahun lalu hingga awal februari tahun ini. 
 
Hal itu dipaparkan oleh Doni Monardo saat Briefing Peserta Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku (FJPP) Angkatan 3, Senin (10/5). Doni Monardo menuturkan bahwa kasus aktif covid yang melandai ini dapat dilihat di wilayah Jawa.
 
Namun untuk sejumlah provinsi di Pulau Sumatra justru mengalami peningkatan. Bahkan sejumlah daerah di Sumatra mengalami peningkatan yang sangat besar dalam 4 pekan terakhir. Contohnya ada salah satu provinsi tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit rata-rata 40% bertambah menjadi 60%. 
 
"Ini yang kita khawatirkan, kegiatan sebelum Lebaran. Kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan, berdampak dapat meningkatnya kasus. Di wilayah Jawa landai, apakah ini bisa bertahan? Butuh kerja keras," terangnya.
 
Doni Monardo mengungkapkan bahwa larangan mudik dan pengurangan aktifitas merupakan salah satu langkah untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Covid. Karena jika terjadi peningkatan maka akan berdampak pada kasus kematian yang cukup tinggi. 
 
"Masyarakat harus paham, bahwa Covid 19 menular dari manusia ke manusia. Untuk itu aktifitas manusia atau orangnya yang kita batasi. Karena hanya itu cara untuk menekan penularan, kita jangan sampai sama seperti India," jelasnya. 
 
Doni Monardo menambahkan bersabar untuk tidak mudik dan mengurangi aktifitas merupakan salah satu cara untuk mengurangi kasus aktif. Sebab jika kembali meningkat bahkan tidak bisa dilayani, maka akan diikuti angka kematian yang tinggi.
 
Karena itu, Doni Monardo mengharapkan para pekerja media harus ikut terlibat. Memberikan informasi dan narasi yang mampu membangkitkan emosi warga untuk membatasi ruang gerak. Kepulangan atau mudik itu membahayakan orang tua di kampung halaman.
 
"Sekali lagi menghindari pertemuan fisik adalah langkah strategis. Namun masih juga banyak warga yang tidak sabar. Bahkan masih ada ada 7% ngotot mudik. Hal itu akan sangat membahayakan," jelasnya.
228