Home Kesehatan HKFM: Sampai Saat Ini, Penyebab Preeklampsia Belum DIketahui

HKFM: Sampai Saat Ini, Penyebab Preeklampsia Belum DIketahui

Jakarta, Gatra.com – Sampai saat ini, penyebab preeklampsia atau kondisi hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan belum diketahui. Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis obsteri dan ginekologi dari Himpunan Kedokteran Fetomaternal (HKFM) Surabaya, dr. Manggala Pasca Wardhana, dalam edukasi virtual mengenai preeklampsia pada ibu hamil, yang diadakan pada Jumat siang, (21/5).

Meski begitu, ia mengatakan bahwa mereka memiliki sedikit gambaran yakni pada plasenta atau ari-arinya yang terkena preeklampsia, pembuluh darahnya kecil-kecil. “Kalo orang normal pembuluh darahnya besar-besar, sehingga kalo pembuluh darahnya kecil otomatis darahnya sedikit, lebih banyak kekurangan darah, kekurangan oksigen, sehingga di situlah timbul racun-racun yang bisa melukai organ pada tubuh ibu hamil, gitu ya,” sambung Manggala.

Tambahnya, adapun tandanya yaitu mempunyai tensi yang tinggi, 140/90 dengan usia kehamilan di atas 20 minggu. Selain itu, ditemukan kelainan pada organ-organ ibu hamil atau bumil. “Jadi ada protein yang bocor, jadi kalo kita periksa kencingnya ibu itu, ibu hamil itu, ternyata ada proteinnya. Jadi ada protein yang bocor dari saluran kencing akibat racun yang sudah sampe ke ginjal ini. Ini dalam kondisi yang masih simpel ya,” jelas Manggala.

Ia pun menuturkan, mereka meningingkan para bumil jangan sampai mengalami preeklampsia. Kalau pun mungkin sudah terkena, semoga hanya dalam kondisi protein yang bocor. “Tapi jangan sampe kita menemui dalam kondisi yang lebih berat lagi. Jadi kalo racunnya numpuk ke otak, bisa sampe nyeri kepala, mata kabur,” ungkap Manggala.

Seraya ia menambahkan, jadi misalnya mereka menemukan preeklampsia dengan gejalanya, itu berarti kondisinya sangat berat. Karena dapat menyerang liver, merasakan nyeri perut, mual dan muntah yang berlebihan. Bahkan, bisa menyerang paru-paru. Jadi, cairannya menumpuk di organ tersebut sehingga sulit bernafas. “Dan ujung-ujung akhirnya yang kita takutkan adalah eklampsi ini ya. Jadi, jangan sampe terjadi kejang dan koma. Ini adalah komplikasi akhir dari suatu preeklampsi,” ujar Manggala.

Tak hanya menyerang para ibu, namun dapat menyerang anak juga, tuturnya. Di mana diketahui pembuluh darahnya kecil-kecil, maka otomatis pertumbuhan janinnya juga akan sangat terhambat. “Dan obat satu-satunya karena ini penyebabnya adalah ari-ari, ari-arinya harus kita keluarkan, otomatis bayinya harus kita lahirkan lebih cepat. Sehingga muncul lah masalah baru, prematuritas, di mana prematuritas ini adalah penyebab kematian bayi paling banyak di Indonesia, gitu ya,” terang Manggala.

“Enggak selesai sampai di situ, ini lah jahatnya preeklampsi ya. Walaupun sudah lahir, sudah sembuh, sudah baik, rupanya masih ada bahaya efek jangka panjang. Yang seperti Covid ini kan lebih terkenal memang sekarang Covid ya, jadi ada dampak akhir dari Covid. Ternyata preeklampsi juga punya efek jangka panjang, dia punya resiko stroke, tekanan darah tinggi, diabet, kelainan ginjal, kelainan jantung yang meningkat pada ibu-ibu itu,” imbuhnya.

469