Home Kolom Pasca Kemenangan Taliban, Lahir Pasukan Imam Mahdi? (2-Tamat)

Pasca Kemenangan Taliban, Lahir Pasukan Imam Mahdi? (2-Tamat)

Oleh: Anwar Hudijono*)

Apakah Taliban akan menjadi cikal bakal Pasukan Panji Hitam Imam Mahdi? Jawabnya, nanti dulu. Taliban yang berintikan santri-santri pondok pesantren memang boleh dibilang sudah lolos seleksi tahap awal untuk menjadi Pasukan Imam Mahdi. Namun, masih ada satu tahap lagi ujian yang harus ditempuh yaitu pada saat berkuasa untuk kedua kalinya.

Karena Pasukan Panji Hitam adalah pendukung Imam Mahdi maka persyaratan dasar yang harus dimiliki adalah bertindak adil dan tidak menurut hawa nafsu. Harus saleh. Agar singkron dengan eksistensi khalifah dan misi kekhilafahan. Khalifah adalah harus orang saleh yang mengutamakan keadilan dan tidak menurut hawa nafsu.

(Allah berfirman), “Wahai Daud! Sebenarnya kita adalah khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan di antara adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan Hari Perhitungan.” (Al-Qur'an: Syad 26).

Ujian pasca kemenangan itu tidak ringan. Apalagi pada saat berkuasa. karena kekuasaan itu cenderung diselewengkan. Dalam istilah Jawa, melik nggendhong lali. Lupa diri dan lupa amanat kekuasaan. Banyak kasus saat berjuang menjadi pahlawan tapi saat berkuasa sekali berubah menjadi pengkhianat.

Taliban pernah berkuasa di Afghanistan tahun 1996 -2001. Mereka berkuasa saat Afghanistan rusak parah akibat dilanda perang sejak 1979–1996 melawan Uni Soviet maupun perang saudara yang berlarut-larut. Masa kekuasaan lima tahun terlalu singkat untuk mengukir hasil yang spektakuler.

Apalagi terus diserang propaganda media Barat, terutama yang dikendalikan Zionisme, bahwa Taliban itu rejim teroris, menindas wanita, bodoh, tidak demokratis. Akhirnya persepsi publik global terhadap Taliban begitu buruk dan seram. Sehingga Afghanistan di bawah rejim Taliban itu seolah jadi negara hantu. Sarang SERIGALA.

Tentu saja propaganda demikian merupakan pengaturan atau bagian skenario besar menghancurkan Taliban dan merusak Islam. Maka, begitu Amerika mencaplok Afghanistan, publik global mendukung. Skenarionya terbaca jelas Taliban – teroris – Islam. Islam dilengketkan dengan terorisme.

Adapun tanda-tanda lolos seleksi awal menjadi Pasukan Imam Mahdi sudah terbaca dikantongi Taliban. Pertama, sebagai pihak yang ditindas. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu. Dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang memperhatikan (bumi).” (Al-Qur'an: Al Qashas 5).

Selama lebih kurang 20 tahun Taliban benar-benar ditindas oleh Amerika dan NATO serta komprador mereka. Mereka diganyang, diharu-biru, dirusak, dicabik-cabik, dikoyak-koyak.

Kedua, Taliban berjuang dengan semangat ruhul jihad. Memiliki khittah perjuangan yang berdasar Al Quran dan Hadits. Di antaranya yang termaktub di Quran surah Al Maidah 54 – 56. Mereka mencintai Allah. Bersikap lembut terhadap orang-orang tidak percaya tetapi keras.

Lihat saja, mereka merebut kembali Ibukota Afghanistan, Kabul Sabtu (16 Agustus 2021) tanpa satu pun ledakan senjata. Ledakan justru dilalukan Amerika dengan alasan menghancurkan dokumen. Helikopternya meraung-raung di udara. Serdadunya berlagak super sibuk melakukan pengiriman. Padahal bisa jadi memancing kepanikan masyarakat. Amerika itu memang… embuh kok.

Taliban menunjukkan sikap ramah. Membawa perdamaian. Menyediakan amnesti dan abolisi. Mengayomi semua, termasuk bekas musuhnya. Mereka meniru Rasulullah ketika membuka Kota Mekah pada tahun 8 Hijriyah. Mantan Wapres Jusuf Kalla sampai berkomentar, Taliban sekarang berbeda dengan 20 tahun lalu.

Mereka keras/tegas terhadap orang kafir yang ditunjukkan yang tetap tidak mau menerima tawaran dari Amerika. Akhirnya Amerika mau hengkang dengan jaminan dari Taliban bahwa selama masa penarikan pasukan, Taliban tidak menyerang mereka.

Taliban berjihad di jalan Allah dengan prinsip hidup mulia atau mati syahid. Nah, cita-cita mati syahid inilah yang sulit dicari pada diri tentara profesional. Tidak takut terhadap celaan, bully, hinaan orang-orang yang memang dibayar untuk mencela. Iya buzzer begitulah.

Mereka berjuang dengan harta dan jiwanya. (Al-Qur'an: Syaf 12). Mereka yakin perjuangan suci harus pula menggunakan biaya yang suci, termasuk dari infaq dan sedekah. Untuk itu mereka tidak mau menggunakan hasil bisnis opium sebagai sumber dana perjuangan.

Mereka sangat yakin jika menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai penolong, maka akan menjadi pihak yang menang. Mereka sudah membuktikan itu sejak melawan imperialis-komunisme Uni Soviet. Inilah rahasianya mengapa Taliban menjadi satu-satunya kelompok mujahidin yang tetap eksis.

Pada saat melawan Uni Soviet setidaknya ada 12 kelompok mujahidin atau perlawanan. Setelah Soviet hengkang, terjadilah audisi. Ada yang berubah menjadi raja-raja kecil, ada yang lay. Pada saat menghadapi tantangan Amerika, praktis Taliban berjuang sendiri. Artinya Taliban sudah menjalani seleksi kelompok yang sangat ketat.

Ketiga, Taliban berjuang tanpa membawa warna primordialisme seperti mazhab, etnis, suku, paham politik. Mereka berpijak pada Islam yang dibawa Rasulullah. Bisa jadi model inilah yang disimbolisasi dengan bendera atau panji-panji hitam. Artinya Islam yang hanya satu. Misi yang satu. Khittah yang satu. Tidak berwarna-warna. Bukan atas nama aliran ini aliran itu. organisasi ini organisasi itu. Kelompok ini kelompok itu. Hanya satu warna. Ummatan Wahidah (umat yang tunggal).

Dengan begitu, Pasukan Imam Mahdi yang berpanji warna hitam tidak harus diartikan membawa bendera hitam. satu kesatuan kesatuan yang utuh tanpa membawa sentimen primordialisme. Yaitu agregasi pejuang Islam apapun asalnya kemudian lebur menjadi pasukan yang tunggal.

Pasukan itu seperti yang dilukiskan di Quran surah As Shaf ayat 4. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berada di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Kalau Pasukan Berpanji Hitam dipersepsi secara tekstual akan sangat mudah dimanipulasi. Suatu conton ISIS yang menggunakan bendera hitam. Itu jelas karena ISIS itu bikinan zionisme Amerika-Israel untuk menghancurkan ukhuwah umat Islam.

Keempat, Taliban telah menunjukkan diri sebagai kekuatan yang tidak terpecahkan. Artinya pas dengan eksistensi Pasukan Berpanji Hitam Imam Mahdi sebagai pasukan yang tidak akan terkalahkan. Rabbi a'lam

Mohon tidak langsung setuju, like dan share tulisan ini. Bacalah secara kritis. Telitilah lebih dulu. Di era disinformasi ini harus dibudayakan untuk meneliti setiap informasi agar tidak menimbulkan kehancuran suatu kaum. Hal itu ditegaskan Quran: Al Hujurat 6). Astagfirullah. Barokallahu li walakum.


*) Anwar Hudijono, Penulis tinggal di Sidoarjo.

9994