Home Info Sawit Millenial Perlu Kritis Terhadap Kampanye Hitam Sawit

Millenial Perlu Kritis Terhadap Kampanye Hitam Sawit

Jakarta, Gatra.com - Kampanye hitam terhadap kelapa sawit perlu ditanggapi secara kritis oleh generasi milenial. Terlebih adanya tudingan perkebunan kelapa sawit mempekerjakan anak-anak (child labor).

“Kalau saya bilang ya, kritislah terhadap semua informasi. Maksudnya, jika ada informasi dari pihak tertentu, pelajari dulu dan berusahalah memahami apa yang terjadi di lapangan,” kata Wakil Direktur Utama PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS), Kurniadi Patriawan di Jakarta, kemarin.

Alumni Ilmu dan Teknik Material dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat, ini mengatakan, soal industri sawit mempekerjakan anak adalah tidak benar. Pasalnya, di lapangan ada kondisi ketika ayah dan ibu sama-sama bekerja di kebun, sehingga anak-anak tidak ada yang menjaga di rumah.

Menurut Kurniadi, pihaknya telah memberikan solusi dengan menyediakan tempat dan fasilitas bermain bagi anak-anak. Selain itu, NSS juga menyediakan guru khusus sehingga orang tua bisa tetap bekerja dan anak-anak menunggu sambil bermain dan belajar.

Menurutnya banyak informasi yang beredar tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu, generasi milenial juga perlu kritis karena kesalahan yang dilakukan dalam merespon informasi dapat merugikan masyarakat. Mulai dari pelaku industri kelapa sawit yang saat ini menyerap sekitar 8 - 10 juta tenaga kerja hingga efek ganda kampanye hitam sawit terhadap perekonomian nasional.

Dirinya yang tergolong mewakili generasi milenial ini merasa perlu adanya gerakan nasional untuk menginformasikan peran industri sawit terhadap masyarakat dan perekonomian nasional, seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia, mulai dari kegiatan hulu hingga ke hilir sawit. Menurut Kurniadi, gerakan ini perlu diinisiasi pemerintah sehingga sawit menjadi produk kebanggaan bagi masyarakat dan tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi di perdagangan internasional.

Apalagi, pada kenyataannya lebih dari setengah kebutuhan minyak sawit dunia tetap dipasok oleh Indonesia. Di sisi lain, dia mengakui sama seperti di sektor lain, perusahaan sawit yang menyalahi ketentuan hukum pasti ada. Namun, dia berharap masyarakat, terutama generasi milenial, tidak menjatuhkan hukuman kepada semua produk sawit asal Indonesia. “Yang terpenting adalah menggerakkan opini publik secara nasional dan menggeser paradigma bahwa sawit itu musuh. Kalau perusahaan sawit yang nakal pasti ada dan perlu ditindaklanjuti. Namun, untuk itu lihatlah pelakunya, jangan tanamannya,” ujar Kurniadi.