Home Politik Wantimpres: Cina-AS di LCS, Saling Melihat sebagai Ancaman

Wantimpres: Cina-AS di LCS, Saling Melihat sebagai Ancaman

Jakarta, Gatra.com - Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar telah lama menyadari adanya ancaman keamanan maritim, baik di wilayah laut teritorial maupun laut di kawasan Asia Tenggara. Keamanan di wilayah laut sangat penting karena hampir 90% komoditas strategis dan kebutuhan energi negara-negara di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dilakukan melalui transportasi laut.

Di samping itu, laut merupakan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat menunjang pertumbuhan ekonomi negara termasuk Indonesia. Namun laut juga dapat menjadi tempat terjadinya tindakan kriminal dan insiden yang berpotensi mengganggu keamanan maritim nasional Tanah Air, regional dan juga bisa menimbulkan gesekan politik di antara negara-negara di kawasan Indo Pasifik, dilansir dari press release yang diperoleh Gatra.com pada Rabu, (27/10).

Permasalahan keamanan di wilayah perairan pun terus berkembang. Jika sebelumnya didominasi oleh masalah keamanan tradisional, saat ini permasalahan tersebut berkembang menjadi masalah keamanan non-tradisional dan terus meningkat.

Terkait ancaman terhadap keamanan maritim secara tradisional, Sekretaris Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Begi Hersutanto menyebutkan tentang kehadiran Cina dan Amerika Serikat (AS), yang satu sama lain melihat kehadiran pihak lainnya di Laut Cina Selatan (LCS) sebagai ancaman. 

"Kondisi ini dilatarbelakangi kemajuan ekonomi dan peningkatan alutsista [alat utama sistem persenjataan] Tiongkok serta klaim sepihak Tiongkok, terhadap nine dash line di perairan ini," tuturnya, dalam webinar bertajuk "Tantangan Kerja Sama Keamanan di Perairan ASEAN oleh Indonesia: Pandangan Hubungan Internasional dan Hukum Internasional", yang diselenggarakan oleh Center for Security and Foreign Affairs Studies (Cesfas) dan Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Kristen Indonesia (Fisipol UKI) pada Senin, (25/10).

"Di sisi lain, semakin kuatnya kerja sama quadrilateral dan kehadiran AUKUS yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia," imbuh Hersutanto.


 

389