Home Ekonomi Dukung Perjanjian Paris, AIIB Targetkan Pendanaan Hijau Capai US$50 Miliar

Dukung Perjanjian Paris, AIIB Targetkan Pendanaan Hijau Capai US$50 Miliar

Beijing, Gatra.com – Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) mengumumkan rencana untuk menyelaraskan operasinya dengan tujuan Perjanjian Paris pada 1 Juli 2023. AIIB saat ini memperkirakan bahwa pendanaan iklim secara kumulatif akan mencapai US$50 miliar hingga tahun 2030. Jumlah ini merepresentasikan peningkatan sebesar empat kali lipat pada komitmen pendanaan iklim tahunan sejak pertama kali AIIB membuka laporannya bagi publik pada 2019.

Pada awal 2021, AIIB mengumumkan target untuk menyalurkan setidaknya 50 persen dari pendanaan total yang disetujui untuk pendanaan iklim hingga 2025. Pengumuman tersebut merupakan langkah penting untuk mewujudkan target ini.

“Kita berada di titik yang menentukan dan membutuhkan tindakan kolektif nyata, cepat, dan bercakupan luas, jika ingin membatasi pemanasan global dan melindungi planet Bumi,” ujar President and Chair of the Board of Directors at AIIB, Jin Liqun dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com.

Baca Juga: Indonesia Usung Empat Misi Ini di COP26

“Pengumuman ini memperkuat komitmen AIIB untuk mendukung aksi perlindungan iklim, selaras dengan Perjanjian Paris. Kami percaya bahwa, ke depannya, langkah utama yang perlu diambil adalah peningkatan keterlibatan sektor swasta di semua lini. Sehingga secara bersama-sama kita dapat mewujudkan komitmen untuk membangun masa depan yang inklusif, setara, dan berkelanjutan,” tambah dia.

Berbicara pada konferensi pers dalam Rapat Tahunan AIIB 2021 yang diselenggarakan di Uni Emirat Arab, Presiden Jin mengatakan bahwa area fokus utama AIIB adalah untuk meningkatkan investasi pada adaptasi dan ketahanan bagi anggota berpenghasilan rendah dan mendorong teknologi baru untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim.

Komitmen Penyelarasan dengan Perjanjian Paris akan berlaku baik untuk proyek-proyek yang dijamin oleh negara anggota maupun tidak, termasuk investasi yang dilakukan melalui perantara pendanaan.

Baca Juga: Luhut Bicara Soal Investasi Hijau, GAPKI Riau Bungkam

AIIB saat ini tengah menguji mekanisme yang ketat untuk memastikan bahwa semua proyek memenuhi syarat rendah karbon dan ketahanan iklim, sebagaimana ditentukan pada Perjanjian Paris. Pendekatan ini berlandaskan standar dan kerangka kerja internasional yang saat ini tengah dikembangkan melalui kolaborasi dengan bank pembangunan multilateral lainnya.

“Sebagai bank pembangunan multilateral yang berlokasi di pusat inovasi, kami percaya bahwa teknologi dapat berperan besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, hal ini membutuhkan pendekatan yang lebih fokus terhadap adopsi teknologi baru sebagai elemen penting dari tanggapan komprehensif terhadap perubahan iklim global,” tutur Presiden Jin.

Memperluas fokus terhadap adaptasi dan ketahanan akan melengkapi target ambisius Bank untuk menyalurkan lebih dari 50 persen dana yang disetujui oleh AIIB ke pendanaan iklim. Pada 2020, pendanaan iklim memiliki porsi 41 persen dari portofolio infrastruktur Bank.

Baca Juga: Bencana NTT, BMKG: Global Warming Itu Nyata

Biaya ketahanan tahunan di negara berkembang diperkirakan mencapai US$140-300 miliar pada 2030. Menurut PBB, saat ini pembiayaan ketahanan hanya mencapai US$30 miliar.

Pada 2020, AIIB meluncurkan Kerangka Kerja Investasi Perubahan Iklim AIIB-Amundi, yang bertujuan untuk mempercepat transisi ekonomi rendah karbon melalui pasar modal. Kerangka ini memberi ruang bagi investor untuk menganalisa risiko iklim dengan peluang investasi, yang mewujudkan tiga tujuan Perjanjian Paris yakni mitigasi, ketahanan terhadap perubahan fisik, dan ekonomi hijau, menjadi metrik investasi yang terukur melalui penyelarasan arus keuangan dengan jalur yang rendah karbon dan tahan iklim.

Menyongsong Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) yang diselenggarakan pada November 2021, terdapat lebih dari 130 negara yang sudah atau tengah mempertimbangkan target emisi karbon nihil pada 2050. Namun, ambisi yang sudah ditetapkan pada rencana ini secara agregat masih terlalu rendah bagi komunitas internasional untuk dapat mencapai target suhu Perjanjian Paris, yakni untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius, atau lebih baik pada 1,5 derajat, jika dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

124