Home Gaya Hidup Pentas Metamorfosa Lengger: Mengintip Perjalanan Lengger dari Masa ke Masa

Pentas Metamorfosa Lengger: Mengintip Perjalanan Lengger dari Masa ke Masa

Banyumas, Gatra.com - Kesenian lengger mengalami perubahan bentuk penampilan dari waktu ke waktu. Namun, hingga saat ini, kesenian asli Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah itu, merupakan pertunjukkan yang sangat digemari oleh masyarakat.

Potret perjalanan kesenian lengger itu ditampilkan seniman dari Yayasan Rumah Lengger Banyumas dalam pagelaran "Metamorfosa Lengger", di SMK negeri 3 Banyumas, Sabtu (20/11) malam secara daring dan luring.

Pagelaran dibuka dengan film dokumenter tentang seniman lengger pada masa lalu. Sebelum merambah panggung seni modern, pelaku seni lengger harus berkeliling atau mengamen dari satu kampung ke kampung lain mencari orang kaya atau tuan tanah yang ingin menanggap.

"Istilahnya Mbarangan. Lengger mbarang ini tampil dengan riasan dan pakaian pentas yang seadanya. Pengiringnya juga pakai pakaian kaos. Kalau sampai ke desa yang jauh ya bawa bekal, berangkatnya juga jalan kaki," tutur seniman kendang, Sukendar usai pagelaran.

Perjalanan selanjutnya, lengger tampil dalam berbagai bentuk pagelaran. Seperti kesenian lengger sintren dan seni kolaboratif Calengsai (Calung, Lengger dan Barongsai) yang memadukan unsur budaya Banyumas dan Tionghoa.

Calengsai sendiri merupakan tari garapan yang digagas seniman bernama Sri Rahayu sekitar awal tahun 2008 di Banyumas. Di masa jayanya, kesenian ini tampil lebih dari 20 kali dalam kurun waktu 2008-2009.

Terkait pementasan ini, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, lengger merupakan sebuah ekspresi budaya yang penting bagi Kabupaten Banyumas. Kesenian ini memiliki sejarah panjang dalam catatan tertulis di Serat Centhini dan sumber lainnya.

"Masih banyak diskusi mengenai asal-usul tentang lengger ini. Yang bisa kami pastikan, dari kelahirannya hingga masa sekarang ada banyak pengembangan," katanya.

Menurutnya, ingatan kolektif dalam bentuk pementasan ini bisa menjadi alternatif dokumentasi seni. Jadi, pendokumentasian tidak berhenti pada foto, rekaman video, data-data yang tersedia dihadirkan secara kreatif melalui kegiatan kolaborasi ini.

Dia pun mengapresiasi Yayasan Rumah Lengger dan seniman-seniman yang terlibat dalam pagelaran Metamorfosa Lengger. Sebab, pendokumentasian seni dalam bentuk pagelaran semacam ini masih jarang dilakukan.

Wakil Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono mengatakan, Rumah Lengger yang didirikan atas inisiasi seniman dan koreografer tari, Rianto ini difasilitasi oleh Pemkab Banyumas dengan memberikan sebuah ruangan sanggar di dalam komplek Pendapa Kecamatan Banyumas. Sebagai informasi, Rumah Lengger menjadi satu bagian dari rancangan pengembangan kawasan wisata Kota Lama Banyumas.

"Kami sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan untuk rencana pembangunan dermaga di Desa Kedunguter dengan dana Rp30 miliar, Pemkab akan membelikan dua kapal wisata dengan anggaran Rp750 juta per kapal untuk menunjang Kota Lama Banyumas. Kami juga sudah menyediakan bus wisata yang tinggal dioperasikan saja," kata dia.

Lengger Banyumas, sambung dia, yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang dilestarikan dan dikembangkan agar kelak menjadi kebanggaan masyarakat. Pihaknya bercita-cita komplek Pendapa Yudhanegara, Kecamatan Banyumas menjadi sentra kegiatan budaya dan kesenian.

Dia juga mengapresiasi seniman yang menggelar pementasan ini secara terbatas dan daring. Ini menjadi bukti bahwa pelaku seni bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi yang belum usai.

Produser sekaligus koreografer tari "Metamorfosa Lengger, Rianto menuturkan, pementasan ini mengisahkan perjalanan kesenian lengger. Mulai dari seniman keliling kampung, sampai kemunculan ide dan kreasi tari yang baru.

"Harapannya, suguhan ini akan menggerakan seniman untuk melahirkan ide baru, dan mengembangkan seni pertunjukkan sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif," ujarnya.

Adapun pagelaran Metamorfosa Lengger ini, memadukan lintas disiplin seni. Pentas kolaboratif dalam program Fasilitasi Bidang Kebudayaan ini menampilkan kisah perjalanan panjang proses pendokumentasian dan riset yang menandai kelahiran satu tahun Rumah Lengger.

1455