Home Teknologi Telemedik Tumbuh Pesat, Pengguna Baru Capai 40% Lebih Enam Bulan Terakhir

Telemedik Tumbuh Pesat, Pengguna Baru Capai 40% Lebih Enam Bulan Terakhir

Jakarta, Gatra.com- Pertumbuhan pesat pengguna telemedik terjadi selama masa pandemi COVID-19. Pandemi juga menjadi alasan penggunaan layanan kesehatan berbasis digital ini.

Survei Katadata Insight Center menunjukkan lebih 84% pengguna telemedik baru memanfaatkan layanan kesehatan jarak jauh ini dalam dua tahun belakangan ini.

Sebanyak 44,1% di antaranya bahkan baru menggunakan pada enam bulan terakhir. Sedang pengguna telemedik yang sudah memanfaatkan layanan ini sebelum pandemi atau lebih dari dua tahun, hanya 15,6%.

Dalam survei terhadap 2.108 pengguna layanan kesehatan, 67% diantaranya menyatakan sudah menggunakan layanan telemedik.  Mereka menggunakan layanan ini karena dapat menghemat waktu, menghindari penularan COVID-19, bisa digunakan kapan dan di mana saja, serta menghemat biaya transportasi.

Konsumen memanfaatkan telemedik umumnya saat terkena COVID-19 dan berbagai penyakit ringan.  Terdapat 33,6% responden yang menyatakan menggunakan telemedik karena COVID-19. Sedang penyakit-penyakit yang tergolong ringan seperti masalah kulit, flu, maag dipilih rata-rata oleh sekitar 20% responden sebagai alasan menggunakan telemedik.

Manajer Riset Katadata Insight Center Vivi Zabkie menyatakan, telemedik lebih banyak digunakan oleh laki-laki, milenial dengan status sosial ekonomi (SES) menengah, serta domisili wilayah Jawa. Survei ini juga menemukan bahwa mereka yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan Puskesmas dan punya tempat berobat langganan, juga banyak menggunakan telemedik.

“Jadi meski ada fasilitas kesehatan fisik yang dekat dengan domisili, tak serta merta membuat mereka tak menggunakan telemedik,” kata Vivi.

Aplikasi pilihan konsumen telemedik didominasi oleh dua merek.  “Dalam survei ini terdapat 1.416 penguna telemedik, mereka menyebutkan sejumlah aplikasi yang mereka gunakan. Ada dua merek aplikasi yang cukup dominan yang dipilih lebih dari 30% pengguna,” ujar Vivi.

Selain aplikasi yang diciptakan khusus untuk layanan telemedik tersebut, layanan telemedik yang melekat pada fasilitas kesehatan juga seperti sebagai layanan tambahan rumah sakit dan klinik cukup banyak digunakan.

Sebanyak 41,8% konsumen telemedik menyebut pernah memanfaatkan jenis layanan tersebut. Sedang dari jenis layanan, yang digunakan paling banyak adalah tele-konsultasi, pembelian obat & vitamin, dan pencarian informasi kesehatan.

“Lebih dari setengah pengguna telemedik menyebutkan layanan-layanan tersebut. Layanan telemedik seperti Tele-Ultrasonografi (USG), tele-radiologi, tele-elektrokardiografi (EKG) juga mulai digunakan, namun jumlah pengguna masih sangat sedikit,” kata Vivi.

Pencarian informasi penyakit melalui mesin pencari juga menjadi kebiasaan lain konsumen dalam menghadapi gangguan kondisi kesehatannya. Terdapat 54,4% responden kerap melakukan melakukan pencarian informasi di dunia maya untuk membantu mengidentifikasi penyakitnya, serta mengambil keputusan tindakan lanjutan. 

“Riset kami juga mengkaji bagaimana perilaku konsumen kesehatan, ketika sakit dan bagaimana perjalanan mereka mendapat kesembuhan. Kami temukan juga yang menarik adalah, adanya kebiasaan mencari informasi mengenai penyakit yang diidap melalui mesin pencari ini,” kata Vivi.

Survei Penggunaan Layanan Kesehatan & Telemedik dilakukan Katadata Insight Center pada rentang 28 Februari – 7 Maret 2022. Survei online ini diikuti 2.108 responden usia diatas 16 tahun dari 34 propinsi di Indonesia.

168