Home Gaya Hidup Kisah Yusuf Mansur Rintis Bisnis Sedekah Hingga Digugat Investor (1)

Kisah Yusuf Mansur Rintis Bisnis Sedekah Hingga Digugat Investor (1)

Jakarta, Gatra.com - Dunia maya saat ini sedang menyoroti video seorang enterpreuner sekaligus penceramah, Yusuf Mansur yang terlihat emosional bicara mengenai bisnis yang ia bangun, namun berujung gugatan. Dalam video itu, Yusuf mengaku sedang mengusahakan penyelelesaian semua persoalan yang dihadapinya.

Februari Lalu, Majalah Berita Mingguan Gatra, menurunkan Laporan Utama mengenai gugatan banyak investor yang kecewa karena uangnya tak kembali. Gatra.com meringkas kisah bisnis Yusuf Mansur itu dalam tulisan bersambung.


Bagian Satu

Jam’an Nurkhotib Mansur, pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976, yang kini lebih dikenal sebagai Yusuf Mansur, mulai tenar sebagai "ustaz sedekah” setelah lepas dari penjara dan menulis buku Mencari Tuhan yang Hilang pada 2001. Dalam bukunya, Yusuf berkisah tentang dirinya yang pernah mengalami masa-masa sulit, dipenjara, dan jauh dari Tuhan.

Menurut pengakuannya, ia pernah menjadi tahanan polsek selama dua bulan pada 1998 dan kembali lagi masuk pada 1999. Yusuf mengaku, ia ditahan sewaktu merintis bisnis. Tapi yang jelas, saat dua kali masuk penjara itulah ia menemukan Tuhan yang saat itu sempat hilang dalam kehidupannya.

Usai dua kali masuk penjara itu, Yusuf pun merintis Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur"an di Cipondoh, Tangerang, Banten. Di bawah bendera Wisata Hati, dalam setiap testimoninya Yusuf menspesialisasikan diri di urusan "sedekah". Segala persoalan hidup, menurut Yusuf, jalan keluarnya hanya satu: sedekah.

Sejak itu, banyak jemaah dan kota-kota yang ia kunjungi untuk berceramah. Lama-lama nama UYM kian kondang. Merasa jemaahnya berjibun, Yusuf pun mulai merintis bisnis lagi. Kali ini soal investasi batu bara yang ketika itu sedang booming. Menurut Herry Mohammad, Sekretaris Yayasan Pelita Lima Pilar, lembaga yang mengorganisasikan para korban investasi Yusuf Mansur, pada 2009 itulah awal mula ia mulai mengajak orang-orang berduit untuk berbisnis batu bara.

Yang disasar ketika itu para jemaah Masjid Darussalam yang berlokasi di Kota Wisata Cibubur. Para jemaah pun diiming-imingi keuntungan yang sangat menggiurkan. "Awal-awalnya saja dikasih keuntungan, lama-lama macet dan awal 2010 sudah bermasalah tidak ada keuntungan lagi yang dikasih kepada investor, dan investor tidak bisa menarik uang modalnya," katanya.

Baca juga: Ngeri! Serangan Balik Yusuf Mansur, Laporkan Para Penyerang

Salah satu jemaah dan pengurus Masjid Darussalam, sebut saja namanya Enka, mengaku sampai rela menjual rumah satu-satunya untuk ikut berinvestasi dengan Yusuf Mansur. Ia jual rumah yang berada di Kota Wisata seharga Rp700 juta.

Dari penjualan itu, Rp500 juta ia setor untuk modal investasi pada Juli 2009, dan sisanya Rp200 juta buat menyewa rumah dan biaya operasional lainnya. "Saya waktu itu percaya sekali dengan omongan Yusuf Mansur. Jadi ide UYM ini cocok dengan saya, yang ingin berdakwah tapi punya passive income," ia menerangkan.

Apesnya, ia baru merasakan sekali dapat untung sekitar Rp50 juta di bulan pertama. Sisanya mulai macet-macet dan akhirnya buntung. Bahkan, modal pun tak bisa ditarik hingga saat ini. Akibat persoalan investasi itu, kehidupan pria 60 tahun ini pun enggak keruan. Padahal ia sangat berharap dapat hidup dari keuntungan investasi batu bara Yusuf Mansur itu.

"Saya kecewa sekali, padahal saya sangat mengandalkan keuntungan dari bisnis investasi itu. Karena saya niatnya mau berdakwah saja tapi tetap bisa hidup dengan passive income yang dijanjikan itu," ia bercerita dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Dijerat Kasus Perdata, Ustaz Yusuf Mansur Tambah Nge-gas

Menurut Herry Mohammad, beragam strata sosial yang ikut investasi batu bara itu. Bahkan ada yang sangat bergantung kepada bisnis tersebut. "Tidak hanya kelas atas yang ikut, dari mulai marbot masjid juga ikut, sampai dia jual motornya hanya untuk ikut investasi Yusuf Mansur ini," ia menerangkan.

Tanpa diduga, pada akhirnya semua terbongkar. Bahwa lokasi tambang dan lainya itu bukanlah milik Yusuf Mansur ataupun milik PT Adi Partner Perkasa. "Enggak ada itu. Izinnya pun enggak ada, bahkan lahan tambangnya itu ternyata punya orang. Jadi pada saat kunjungan cuma pura-pura saja," ucap Herry. G

Bersambung ke Kisah Yusuf Mansur Rintis Bisnis Sedekah Hingga Digugat Investor (2)


Disadur dari Laporan Majalah Gatra Edisi 2 Februari 2022 nomor 28/14

Tim Liputan: 
Gandhi Achmad, M. Guruh Nuary, Erlina Fury Santika, dan Wahyu Wachid Anshory