Home Internasional Biden Kecewa, Penembakan Massal Kembali Terjadi

Biden Kecewa, Penembakan Massal Kembali Terjadi

Washington, Gatra.com - Presiden Joe Biden tampak kecewa dan putus asa saat berbicara kepada bangsanya tentang penenbakan massal di di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, sekitar 83 mil sebelah barat San Antonio, Texas, Amerika Serikat.

Dari Gedung Putih, Selasa (24/5) malam waktu setempat, Dia bertanya kapan Amerika sebagai bangsa akan berdiri dan mendukung pembatasan senjata.

Presiden, yang kehilangan seorang putri kecil, Naomi, dalam kecelakaan mobil dan seorang putra dewasa, Beau, karena tumor otak, mengatakan dia tahu rasa sakit orang tua di Uvalde yang anak-anaknya tidak akan pernah kembali ke rumah. “Semoga Tuhan memberkati hilangnya nyawa tak berdosa pada hari yang menyedihkan ini,” katanya.

Pada Selasa malam, Biden memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di gedung-gedung federal dan pos-pos militer hingga Sabtu.

Serangan ke sekolah ini mengingatkan pada penembakan mematikan di Columbine High School di Littleton, Colorado, pada tahun 1999; SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida, pada 2018; dan SMA Santa Fe di Santa Fe, Texas, kemudian pada tahun 2018. Dan tidak kalah mengerikan serangan 14 Desember 2012, di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut, ketika seorang pria berusia 20 tahun membunuh 20 anak-anak dan enam orang dewasa.

Sedikitnya 19 anak dan dua guru tewas dalam serangan yang diduga dilakukan penembak yang diidentifikasi sebagai Salvador Rolando Ramos, 18. Pemuda ini ikut tewas ketika polisi berusaha melumpuhkannya.

"Penyelidikan mengarah untuk memberi tahu kami bahwa tersangka bertindak sendiri selama kejahatan keji ini," kata Pete Arredondo, kepala polisi untuk Distrik Sekolah Independen Konsolidasi Uvalde, seperti dilaporkan nbcnews.

Senator Negara Bagian Roland Gutierrez, seorang Demokrat, mengatakan penembak membeli dua senapan semi-otomatis pada ulang tahunnya yang ke-18 di sebuah toko senjata di daerah Uvalde. Tidak jelas apakah salah satu dari senjata itu digunakan dalam serangan itu.

“Saya marah karena penembakan ini terus berlanjut. Anak-anak ini tidak bersalah. Senapan seharusnya tidak tersedia dengan mudah untuk semua orang,” kata Lydia Martinez Delgado, bibi Eva Mireles, salah seorang guru yang tewas dalam serangan itu.

Penembakan itu terjadi setelah statistik FBI baru yang dirilis Senin menunjukkan insiden penembak aktif tahun lalu melonjak lebih dari 50 persen dari 2020 dan hampir 97 persen dari 2017.

77