Home Gaya Hidup #BergerakdariRungkut Buktikan Galeri Seni Bisa Eksis di Mana Saja

#BergerakdariRungkut Buktikan Galeri Seni Bisa Eksis di Mana Saja

Surabaya, Gatra.com – Instalasi yang berada di ruang tengah itu terlalu menonjol. Bagaimana tidak, terdapat bongkahan bata ringan dan juga bata merah yang ditata dengan konsep sembarangan. Walau terlihat amburadul, hanya sekali kedip pun seseorang pasti akan menyadari jika batu-batuan yang beberapa dicat merah itu seperti sedang menimbun sebuah TV tabung. 

“Kuburuan televisi” tersebut diberi judul Replace.  “Televisi yang hampir satu abad menjadi media massa yang paling disukai, beberapa tahun ke belakang ini perlahan mulai tergantikan oleh sosial media, terlebih YouTube. Di mana masyarakat dapat mengakses lebih luas berbagai aspek tanpa harus menunggu momen tertent. Dan bisa di mana saja mengaksesnnya,” demikian tertulis penjelasan karya tersebut yang tertera di sebuah papan berwarna putih dengan tiang hitam di dekatnya.

Instalasi seni berukuran 150x100x100 sentimeter itu merupakan karya Chunifa Luthfi Aulia. Menurutnya, karya buatannya lekat dengan masa lalu yang dialaminya. “Dengan ada atau tidaknya teknologi, semuanya pasti bergeser,” ujar dia ketika menjelaskan maksud di balik Replace. “Batu-batu yang aku kasih identitas merah artinya YouTube,” tambahnya. Hal ini menjadi penjelas bagi anggapan Chunifa tentang bergesernya media tontonan bagi khalayak. 

Pameran seni #BergerakdariRungkut oleh Unicorn Creative Space. (GATRA/Mely Santoso)

Ini merupakan karya instalasi seni pertama buatan perempuan lulusan Universitas Brawijaya, Malang tersebut. Saat masih duduk sebagai mahahsiswa jurusan desain komunikasi visual beberapa tahun silam, sebenarnya ia pernah terlibat dalam sebuah pameran seni tetapi lebih ke fotografi yang digabung dengan eksperimental poster.

Karya Chunifa merupakan satu dari sepuluh produk seni milik para staf Unicorn Creative Space (selanjutnya Unicorn). Ada lukisan dua dimensi, set specific, dan display foto. Semuanya dipajang di lantai dua sebuah klinik yang berada di jalan Dr. Ir. Soekarno, Surabaya, Jawa Timur (Jatim) pada akhir pekan lalu.

“Karena tempat [galeri] ini masih baru, jadi pasti butuh banyak adjustment dan trial error. Makanya seni pertama yang kita pamerkan adalah karya staf kita dulu,” jelas Creative Director Unicorn, Danny Hartanto Kristiawan ketika berbincang dengan GATRA.

Pameran seni #BergerakdariRungkut oleh Unicorn Creative Space. (GATRA/Mely Santoso)

“[Pameran ini] bisa dikatakan luar biasa. Karena mereka benar-benar basic-nya bukan seni. Mereka berani bergaul di ranah yang baru atau ranah seni. Dengan hasil karya yang seperti ini, menurut saya itu sudah lebih dari cukup,” puji sang kurator, Fakhita Madury.

Menurut Tata, panggilan akrab Fakhita, ketika mengurasi karya, ia harus memadukan berbagai hal agar ketika ditampilkan karya-karya tersebut tidak terlihat menonjol berbeda atau kontas. Seluruh karya yang ditampilkan membawa pesannya sendiri-sendiri. Kebanyakan dari para seniman itu membawa masalah atau emosi personal masing-masing. 

Tata yang merupakan sarjana seni rupa dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, Surabaya, menegaskan bahwa dirinya tidak menghilangkan otentik dari artis yang membuat suatu karya saat proses kurasi dilakukan. 

Pameran ini diberi tajuk #BergerakdariRungkut. Menurut Danny, kampanye #BergerakdariRungkut sendiri merupakan suatu bukti bahwa sebuah creative space tidak harus selalu berlokasi di tengah kota atau tempat strategis. Hal itu terbukti bagi Unicorn yang walau harus menghadapi badai pandemi Covid-19 dan terletak jauh dari tengah kota, tetap bisa bertahan. 

Bekerja sama dengan National Lasik Center (NLC), mereka mengusung tema “Better Vision for Better Art Experience.” Tema tersebut ingin menjelaskan jika dengan penglihatan yang lebih bagus, setiap orang berpotensi memiliki pengalaman seni yang juga lebih bagus. 

177