Home Hiburan Antara Dendam Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang, dan Munculnya Tradisi Arak-arakan

Antara Dendam Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang, dan Munculnya Tradisi Arak-arakan

Jepara, Gatra.com - Tradisi Jembul Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak lepas dari kisah sumpah dan dendam kusumah Ratu Kalinyamat kepada Arya Penangsang. Ratu penguasa Jepara itu, bersumpah akan membalas apa yang dilakukan Arya Penangsang, setelah membunuh suaminya Sultan Hadlirin.

Menurut budaya tutur masyarakat setempat, tradisi arak-arakan Jembul merupakan simbol rambut Arya Penangsang, representasi dari sumpah Nyi Ratu Kalinyamat yang tidak akan menyudahi bertapanya (tapa Wuda) sebelum mendapat rambutnya Arya Penangsang. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang, masyarakat kemudian melestarikan peristiwa itu dengan Jembul Banyumanis.

Kepala Desa Banyumanis Subandrio, mengatakan, tradisi Jembul Tulakan ini, sudah berlangsung ratusan tahun silam. Dilakukan bersamaan dengan sedekah bumi atau bersih desa.

"Dengan tradisi ini masyarakat Desa akan diberikan keselamatan dan kemakmuran, " ujarnya kepada pewarta, Jumat (1/7).

Desa Banyumanis sendiri, menurut cerita, dibuka oleh senopati yang bertugas mengawal Ratu Kalinyamat ketika bertapa di Donorojo. Para pengawal Ratu Kalinyamat yaitu Sayyid Usman, Ki Suto Mangunjoyo, dan Ki Leseh, meminta izin kepada Ratu Kalinyamat untuk tidak ikut ke keraton.

Selanjutnya Ratu Kalinyamat menyuruh Ki Suto Mangunjoyo untuk tinggal di tempat yang airnya terasa manis. Tempat Ki Suto tinggal akhirnya dinamakan Banyumanis.

Ki Leseh juga demikian, beliau meminta izin kepada Ratu Kalinyamat untuk tidak ikut pulang beserta rombongan dan Ratu Kalinyamat menyuruh Ki Leseh untuk tinggal di tempat penyimpanan harta perhiasan Ratu Kalinyamat ketika hendak bertapa dan memberikan harta perhiasan tersebut kepada Ki Leseh. Tempat tersebut kemudian dinamakan Donorojo.

Mereka bertiga akhirnya membuka alas dan membuka hutan untuk dijadikan permukiman warga di wilayah setempat. Hingga akhir hayat ketiga tokoh ini diyakini oleh warga setempat, dimakamkan di wilayah Banyumanis.

Sayyid Usman dimakamkan di Pulau Mandalika, Ki Leseh dimakamkan di pesisir Pantai Benteng Portugis, dan Ki Suto Mangunjoyo dimakamkan di tengah hutan.

"Ki Suto Mangunjoyo yang diyakini sebagai Pathak Warak atau pembabat alas untuk dibuka menjadi desa, menjadi tokoh sentral di masyarakat Banyumanis," imbuhnya.

161

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR