Home Pendidikan Tahun Ajaran Baru, Kurikulum Merdeka Diterapkan di Purbalingga

Tahun Ajaran Baru, Kurikulum Merdeka Diterapkan di Purbalingga

Banyumas, Gatra.com – Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menerapkan kurikulum merdeka mulai tahun ajaran baru 2022/2023. Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SMP, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga, Agus Triyanto, mengatakan, pembelajaran pada tahun ajaran baru akan mulai menggunakan kurikulum merdeka. Kurikulum ini akan diterapkan untuk siswa baru kelas 7 di semua SMP di Purbalingga serta kelas 1 dan 4 SD.

Dia menjelaskan, kegiatan belajar mengajar di Kabupaten Purbalingga akan berjalan dengan kapasitas 100 persen tatap muka sesuai aturan PPKM Level 1 yang saat ini diterapkan di kabupaten ini.

“Harapan kita, nanti di tahun ajaran baru, meskipun perlahan kita akan mencoba untuk menerapkan kurikulum merdeka, karena mau tidak mau semuanya sudah berubah,” katanya, dalam keterangannya Senin malam (11/7).

Kurikulum merdeka difokuskan pada peningkatan kepribadian, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Nantinya, sistem pembelajaran akan tetap menggunakan pendekatan pembelajaran tatap muka di dalam kelas namun juga ada project based learning untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila.

“Bahwa nanti ada yang namanya proyek, proyek itu ada sekitar 30 persen dari jam pelajaran, guru mengajarnya tidak di kelas tetapi di luar kelas dalam bentuk kegiatan, sesuatu yang ilmiah. Dan itu membutuhkan penjelasan yang rinci, sehingga guru-guru harus benar-benar paham, tidak hanya konsep saja tetapi sudah mulai ke arah practical,” lanjutnya.

Menurut dia, profil pelajar Pancasila sendiri merupakan harapan supaya anak-anak menjadi pengamal Pancasila yang andal. Dia harus bisa kerja sama, mandiri, selain juga harus beriman dan bertakwa, serta memahami perbedaan.

Sebagai prioritas di awal tahun ajaran baru, pembelajaran akan difokuskan pada lima hal, yaitu numerasi, literasi, kepribadian, iklim keamanan, dan iklim kebinekaan.

Numerasi yaitu siswa diajak berpikir kritis dan logis dalam membuat perhitungan sederhana untuk menyelesaikan masalah. Literasi, siswa harus diajak untuk selalu membaca tidak hanya membaca buku tetapi juga fenomena.

“Iklim kemanan, kita harus yakin bahwa sekolah-sekolah kita itu aman, terutama dari perundungan. Yang terahir adalah iklim kebinekaan, mereka harus siap bertemu dan berbaur dengan orang-orang dari berbagai macam suku, etnis, agama, dan sebagainya,” kata dia.

337