Home Info Lembaga Negara Kampanye Percepatan Penuntasan Stunting

Kampanye Percepatan Penuntasan Stunting

 

Jakarta, Gatra.com - Kasus stunting alias balita gizi buruk masih cukup tinggi di Indonesia. Kasus ini seringkali terjadi karena kekurangpahaman orang tua, terutama para ibu.

Untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai stunting, Gatra Media Group menggelar kampanye Program Percepatan Penuntasan Stunting, bertema: Cegah Stunting, Keluarga Bahagia.

Acara yang berlangsung di Gedung RPTRA, Baung, Kebagusan, Jakarta Selatan pada Kamis (28/07/2022) itu dibuka oleh Kepala BKKBN, Selaku Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting Pusat, Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)., yang diwakili oleh Dr. dr. Lucy Widasari.,MSi,  PO Program/Kegiatan Sekretariat stunting BKKBN Pusat.

Hadir dalam kegiatan itu antara lain, Direktur utama Gatra Media Grup, Hendri Virzani; Pembicara, Dr Elsye RS Yarsi; dan Kasi PPAPP Jakarta Selatan Dewi Kusuma Wardani.

Dalam sambutannya, yang dibacakan oleh Dr. Lucy Widasari, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengajak semua pihak untuk memiliki arah yang sama, kecepatan gerak yang sama, serta semangat yang tinggi dalam membantu pemerintah untuk menurunkan angka prevalensi balita stunting.

Hasto mengungkapkan, ada beberapa payung hukum pelaksanaan percepatan penurunan stunting. Antara lain adalah Perpres Nomor 172 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dan Perban Nomor 13 tahun 2021 tentang RAN PASTI.

Menurut Hasto, masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. "Generasi emas (gold generation) sebagai generasi penerus bangsa akan menentukan masa depan dan integritas bangsa Indonesia," ujar Hasto.

Menurut Hasto, dalam upaya PPS, keluarga merupakan komponen utama yang sangat berperan dalam pencegahannya. Perlu persiapan atau perencanaan dalam membangun keluarga antara lain dengan melakukan penajaman upaya intervensi gizi spesifik dan sensitive, tidak hanya optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

"Tetapi persiapan jauh sebelum itu, dimulai persiapan sejak usia remaja, sejak menjadi calon pengantin atau sejak sebelum terjadi pembuahan (prakonsepsi), dilanjutkan masa kehamilan, menyusui hingga anak usia 2 tahun. Tidak hanya layanan pendidikan, pengasuhan yang dilakukan dengan penuh kasih sayang, kesehatan, gizi dan perawatan, tetapi juga layanan kesejahteraan bagi anak," papar Hasto Wardoyo.

Menurut Hasto, periode 1.000 HPK merupakan Intervensi yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal di masa mendatang. Gagal tumbuh dan stunting yang terjadi pada periode 1.000 HPK dapat menyebabkan gangguan perkembangan kecerdasan.

"Gagal tumbuh merupakan suatu keadaan yang menggambarkan seorang anak tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan sesuai usianya dan dapat terjadi di dalam kandungan maupun setelah lahir," kata Hasto.

Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, bila terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Menurut Hasti, lingkungan yang pertama dikenal anak adalah lingkungan keluarga. Anak mendapat pengalaman hidupnya tidak hanya dari gurunya di sekolah, dari lingkungan bermainnya tetapi yang terpenting dari orang tuanya di rumah. Intensitas kebersamaan anak dengan guru, dengan teman-temannya lebih singkat dibandingkan dengan intensitas anak berada dekat orang tuanya.

Karena itulah peran orang tua sangat dominan dalam menanamkan pendidikan dan pengasuhan berkualitas pada anak. "Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan oleh orang tua sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita," papar Hasto Wardoyo.

Pola asuh dan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai usia 2 tahun merupakan intervensi penting yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak. "Ada syarat pemberian MP-ASI pada anak yang harus diketahui oleh ibu. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi dini gagal tumbuh pada anak dengan menimbang, melakukan plot dan interpretasi berat badan, serta memberikan edukasi tentang MP-ASI yang benar," terang Hasto.

Di akhir sambutannya, Hasto berharap semua tidak lagi memikirkan hal-hal yang sifatnya teoritis atau melakukan hal-hal yang butuh waktu lama. Ia berpesan agar segera lakukan aktifitas yang benar-benar dapat menyentuh pada sasaran, yaitu keluarga berisiko stunting.

Berbagai intervensi yang mendukung upaya percepatan penurunan stunting, kata Hasto, tentu saja memiliki tantangan dan kendala dalam pelaksanaannya. Namun, dalam situasi yang multidimensional tersebut, juga terdapat pembelajaran atau upaya inovatif yang dapat dikembangkan, termasuk berbagai upaya merubah perilaku dengan melakukan kampanye.

Dengan semangat yang kuat dan sungguh-sungguh, Hasto yakin tujuan percepatan penurunan stunting akan tercapai dan dapat menjadi kenyataan.***

210

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR