Home Ekonomi Badan Pangan Nasional Siapkan Strategi Stabilkan Harga DOC, Telur dan Daging Ayam

Badan Pangan Nasional Siapkan Strategi Stabilkan Harga DOC, Telur dan Daging Ayam

Jakarta, Gatra.com - Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) bersama perwakilan Holding BUMN Pangan ID Food, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Satgas Pangan Polri, Perum Bulog, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) dan Peternak Layer Nasional (PLN) menggelar rapat koordinasi (rakor) menyusun strategi antisipasi fluktuasi harga produk unggas.

Kepala NFA, Arief Prasetyo mengatakan permasalahan pasokan dan fluktuasi harga produk unggas yang terdiri dari day old chicken (DOC), telur ayam dan daging ayam terjadi hampir setiap tahun. Hal itu, kata Arief, menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha ternak dan meresahkan konsumen.

Adapun dalam rakor tersebut dirancang sejumlah solusi, di antaranya pengaturan harga acuan produsen dan pembeli (HAP) untuk membentuk keseimbangan baru. Selain itu, skema penyerapan melalui penguatan peran BUMN sebagai offtaker dan optimalisasi saran rantai dingin (cold chain) juga menjadi beberapa solusi yang dicanangkan.

Menurut Arief, selama ini fluktuasi harga produk ternak unggas salah satunya disebabkan oleh komitmen penerapan HAP yang rendah dan fluktuasi harga pokok produksi (HPP) di tingkat peternak.

"Sebelumnya, kami telah menyepakati HAP jagung yang selanjutnya akan ditetapkan melalui Perbadan. Hal serupa akan kami lakukan untuk DOC, telur ayam, dan daging ayam," ujar Arief dalam keterangan resminya, Selasa (9/8).

Peran BUMN sebagai offtaker hasil ternak, kata Arief, akan diperkuat melalui dukungan pendanaan dari Bank BUMN atau Himbara.

"Penguatan peran Bulog dan Holding BUMN Pangan ID FOOD melalui PT Berdikari sangat penting. BUMN menjadi ujung tombak dalam melakukan penyerapan di daerah sentra produksi khususnya kepada peternak mikro/kecil. Harga penyerapan mengacu HAP produsen agar peternak memperoleh keuntungan yang wajar," jelas Arief.

Lebih lanjut, terkait penjualan dan penyaluran produk ternak, nantinya akan ditujukan ke wilayah defisit dan yang terindikasi harga tinggi. Penyaluran akan dilakukan melalui perusahaan logistik pelat merah yaitu PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) atau jasa logistik lainnya.

Sementara untuk peningkatan fasilitas rantai dingin, lanjut Arief, pihaknya akan mengoptimalisasi cold storage milik NFA, BUMN atau swasta lainnya. Rantai dingin dinilai vital guna memperpanjang waktu simpan telur dan daging ayam.

"Beberapa usulan tersebut, menjadi catatan penting yang selanjutnya akan dituangkan ke dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan)," tutur Arief.

70