Home Ekonomi Ekonom UI Optimis Indonesia Mampu Menghadapi Badai Ekonomi

Ekonom UI Optimis Indonesia Mampu Menghadapi Badai Ekonomi

Jakarta, Gatra.com - Profesor Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Prof. Dr. Budi Frensidy, SE., M.Comm mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir perekonomian kian tertekan sehingga menyebabkan produksi dan penjualan melambat, sementara  konsumen makin pesimistis. 

Hal itulah yang menyebabkan inflasi semakin menguat dan bisa memiuc badai perekonomian yang signifikan. 

Secara teori, inflasi yang disebabkan adanya cost push atau demand pull, sebagai faktor utamanya, bisa diantisipasi dengan menaikkan suku bunga. 

Ini  dinilai cukup efektif untuk meredamnya. "Suku bunga perlu dinaikkan untuk menjaga nilai tukar rupiah, selain itu mengurangi capital outflow dan memberikan bunga riil positif kepada deposan," jelas Prof Budi dalam penjelasan di acara Journalist Class yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Selasa (30/8).

Saat ini, tercatat banyak negara mengalami inflasi tinggi di atas inflasi normalnya. Seperti Amerika Serikat yaitu 1,5%-2,5%, Uni Eropa 0,7%-1,7%, Jepang 0,2%-0,8%, dan Singapura 0,2%-0,9%.

Amerika Serikat sendiri sudah menaikkan suku bunganya dari 0,25% di awal tahun menjadi 0,5% di Maret 2022, 1% (Mei 2022), 1,75% di Juni, dan menjadi 2,5% akhir Juli lalu.

Sedangkan Uni Eropa  naik dari -0,5% menjadi 0%, pertama kalinya positif setelah 11 tahun. Dengan inflasi 4,94% yoy, tertinggi sejak Oktober 2015 (6,25%), BI ikut mengerek suku bunga 25 basis poin minggu lalu untuk menjaga nilai tukar dan memberikan suku bunga riil positif (Fisher Effect).

"Itu merupakan tugas Bank Indonesia untuk menjaga (stabilitas) nilai tukar rupiah di dalam negeri dan di luar negeri" tegasnya.

Selanjutnya, terkait harga BBM yang diisukan naik dan bisa memicu inflasi, menurut Prof. Budi, perekonomian yang juga sedang menghadapi  dampak suku bunga yang terkerak naik, dikhawatirkan akan membuat pertumbuhan ekonomi tertahan. 

Kebijakan soal penarikan subsidi BBM ini memang sebaiknya dipertimbangkan lebih lanjut oleh pemerintah. "Namun Indonesia termasuk yang mampu tetap tumbuh positif di tengah resesi global, meskipun pasar keuangan mungkin saja kena guncangan," ujarnya.

66