Home Nasional Tragedi Kanjuruhan, Ridwan Kamil: Ini Sepak Bola Bukan Sepak Nyawa

Tragedi Kanjuruhan, Ridwan Kamil: Ini Sepak Bola Bukan Sepak Nyawa

Bandung, Gatra.com – Tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang yang merenggut nyawa 125 orang menjadi sejarah menyedihkan dalam dunia sepak bola. Ratusan korban tersebut menjadi korban gas air mata pihak kepolisian setelah kerusuhan pasca pertandingan BRI Liga 1 2022 antara Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10).

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam acara Forum Group Dicussion (FGD) Media Gathering SKK Migas & KKKS menyatakan rasa duka citanya kepada keluarga korban.

“Turut berduka cita yang mendalam, karena terlalu besar sekali jumlah yang terjadi dalam satu peristiwa ini. Pertandingan ini mendingan di stop dulu, introspeksi dulu, perbaiki dulu, yakinkan masyarakat dulu, dan terlebih yakinkan orang tua bahwa sistem yang akan dilanjutkan betul-betul menjamin kenyamanan setiap penonton.” katanya di Hotel Inn Bandung, Senin (3/10).

Baca jugaTim TGIPF Tragedi Kanjuruhan Mulai Bekerja Hari Ini

Menurutnya momen seperti ini mengharuskan beberapa pihak untuk intropeksi, terlebih kepada para suporter bola, dan memberikan pemahaman ke mereka bahwa ini hanyalah kompetisi sepak bola dan bukan segalanya.

“Kalau timnya menang disayang, kalau kalah jangan di maki-maki dan ditendang. Ini tuh sepak bola bukan sepak nyawa.” Tegasnya.

Ridwan Kamil juga menambahkan bahwa dirinya dulu sewaktu SMA juga merupakan pemain sepak bola, dimana dulu walikotanya mendukung Persib. “Jadi ketika ada peristiwa ini saya sedih lahir batin” ujarnya.

Baca juga: Soal Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Polri Masih Irit Komentar

Sebelumnya, Tragedi Kanjuruhan diawali dengan suporter Arema yang turun ke lapangan, untuk memprotes pemain serta official tim yang kalah 2-3 dari Persebaya.

Kemudian, suporter tersebut dipukul mundur keluar lapangan oleh aparat terkait, salah satunya adalah dengan menggunakan gas air mata.

Gas air mata yang ditembakkan pada Sabtu lalu tersebut menyebabkan kepanikan dan membuat para suporter di tribun pontang panting berebut keluar. Hingga terjadilah kepanikan serta desakan-desakan antara suporter sampai menghilangkan ratusan nyawa serta ratusan lainnya luka-luka. 

 

70