Home Ekonomi Penerapan ESG Kunci Geliatkan Daya Saing Besi-Baja di Pasar Global

Penerapan ESG Kunci Geliatkan Daya Saing Besi-Baja di Pasar Global

Bekasi, Gatra.com - Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Kasan mengatakan perkembangan industri dan perdagangan di masa depan akan berorientasi  keberlanjutan lingkungan. Konsep Environmental, Social and Governance (ESG) harus mulai dipikirkan oleh pelaku usaha untuk bisa berdaya saing di pasar global.

Beberapa pasar tujuan ekspor Indonesia, Uni Eropa (UE) salah satu yang sangat ketat terhadap produk yang berkaitan dengan emisi karbon. Tuntutan produk yang ramah lingkungan juga datang dari negara maju lainnya seperti Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat.

“Mereka sudah tentukan berapa besaran pajak yang akan dikenakan, semua produk yang dari luar UE yang akan masuk otomatis harus memenuhi syarat itu,” ungkap Kasan kepada Gatra.com usai acara peluncuran Buku Panduan Strategi ESG PT. Gunung Raja Paksi (GRP) di Cikarang, Kamis (13/10).

Menurut Kasan, aksi GRP meluncurkan Buku Panduan Strategi ESG untuk industri baja menjadi bukti kesadaran swasta menerapkan konsep ESG di Indonesia.  Ia pun yakin, jika role model ESG yang dilakukan GRP juga diterapkan oleh berbagai kalangan industri lainnya, potensi ekspor produk manufaktur RI akan ikut terdongkrak.

“Otomatis potensi kita untuk memasuki pasar di manapun akan mudah,” ucapnya.

Kasan menyampaikan, Kemendag dalam hal ini memiliki tugas untuk memantau regulasi hambatan non tarif di negara-negara tujuan ekspor. Selain itu, menurut Kasan, pihaknya juga berkewajiban mengikuti perkembangan konsep ESG di pasar global dan mengkomunikasikan serta mensosialisasikan kepada industri dalam negeri.

“Karena ESG ini menyangkut kepentingan nasional. Saya berharap semua pelaku dan pemerintah bisa sama-sama memahami, bahwa isu ESG ini adalah isu yang harus diikuti, dijalani dan diterapkan, agar industri kita tetap eksis,” imbuh Kasan.

General Manager Perencanaan dan Keberlanjutan Perusahaan, PT. Gunung Raja Paksi (GRP), Sheren Omega mengatakan latar belakang korporasi mulai menerapkan konsep ESG didorong oleh permintaan dari para pemegang saham dan stakeholder terkait. Di sisi lain, korporasi juga melihat adanya tren pasar yang berorientasi keberlanjutan lingkungan.

"Kami juga sudah harus mulai menyelesaikan dampak-dampak yang timbul dari bisnis ini. Kami sudah mulai menyiasati sebelum tertinggal lebih jauh," ucap Sheren kepada Gatra.com dalam kesempatan yang sama.

Sheren mengakui, selama ini industri besi baja dinilai sebagai sektor industri penyumbang emisi karbon yang paling tinggi. Karena itu, ia menyebut Peluncuran Buku Panduan Startegis ESG menjadi keseriusan GRP mengubah stigma tersebut. 

"Ini tantangan utama, bagaimana kita membuktikan bahwa industri baja juga bisa menerapkan strategi ESG," ujarnya.

Ia menjelaskan, selain memperhatikan keberlanjutan lingkungan, penerapan ESG GRP ini juga akan memperhatikan stakeholder, komunitas, dan praktek-praktek di dalam perusahaan sendiri.

Adapun target pengurangan emisi oleh korporasi, kata Sheren akan publikasikan menyusul melalui Buku Kenetralan Karbon.

"Target penurunan emisi saat ini kami sedang proses. Pertama kami lakukan perhitungan gas emisi rumah kaca terlebih dahulu, setelah kami tau baselinenya baru kami menentukan target yang akan dicapai," sebutnya.

Meski sebagian besar produk besi baja GRP masih memenuhi pasar domestik, menurut Sheren, penerapan ESG menjadi modal awal bagi korporasi merambah pasar ekspor lebih luas di masa mendatang.

"5-10 tahun ke depan akan memperluas pasar ekspor, jadi kita mulai dari sekarang menyusun strategi itu, salah satunya ESG ini," katanya.

Sheren menambahkan, GRP berharap agar seluruh pelaku industri dan seluruh rantai bisnis korporasi dapat turut serta menyusun strategi ESG. Hal itu, kata dia, sebagai upaya mencapai target bersama dalam keberlanjutan industri besi dan baja.

"Kami mau sama-sama, tidak hanya GRP, kami mau mengajak suplier, customer dan semua yang ada di dalam value chain bisnis kami turut andil dalam ESG ini," pungkasnya.

149