Home Kesehatan IDAI: Total 152 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius di 16 Provinsi

IDAI: Total 152 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius di 16 Provinsi

Jakarta, Gatra.com – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengidentifikasi total sebanyak 152 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak, terhitung hingga hari ini, Jumat (14/10). Data tersebut diperoleh dari laporan IDAI Cabang di 16 provinsi di seluruh Indonesia. Di mana, kasus terbanyak, yakni sebanyak 49 kasus, dilaporkan oleh IDAI Cabang DKI Jakarta.

Ketua Pengurus Pusat IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, secara keseluruhan, tren kasus tersebut cenderung menurun sepanjang Oktober 2022, yakni dengan 21 laporan kasus sampai Jumat (14/10).

Jumlah tersebut bahkan lebih sedikit dibanding total laporan pada Agustus 2022 silam, yakni sebanyak 36 kasus. Padahal, laporan akan kasus gangguan ginjal akut misterius itu menemui puncak tren pada September 2022 silam, dengan total 76 pelaporan.

Baca juga: Waspada, Ini Gejala Awal Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak

“Trennya, kalau kita lihat, puncaknya itu di September. Ada 76 laporan. Di Oktober ini, trennya lebih menurun, bahkan dari Agustus juga lebih menurun,” jelas Piprim, dalam konferensi pers virtual “Meet the Expert”, pada Jumat (14/10).

Di samping itu, IDAI mendeteksi bahwa gangguan tersebut cenderung terjadi pada anak-anak balita. Bahkan, mayoritas kasus tersebut terjadi pada anak dalam rentang usia 1-5 tahun, dengan total kasus sebanyak 75 kasus. Angka itu disusul dengan kasus pada rentang usia 0-1 tahun, yang terjadi pada sebanyak 35 pasien.

Selain itu, IDAI juga mencatat ada sebanyak 24 kasus yang terjadi pada anak dengan rentang usia 5-10 tahun, serta 18 kasus terjadi pada anak dengan rentang usia di atas 10 tahun.

Piprim mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi sejumlah gejala prodromal, atau gejala sebelum terjadinya penyakit. Di mana, mayoritas pasien penderita gangguan ginjal akut misterius itu cenderung mengalami infeksi saluran cerna, disusul dengan demam, infeksi saluran penafasan atas (ISPA).

Baca juga: IDAI Temukan Gangguan Ginjal Akut Misterius pada 131 Anak

“Jadi, infeksi saluran cerna, berupa diare, itu cukup banyak (kasusnya) ya,” ujar Piprim.

Di samping gejala prodromal, Piprim mengungkapkan bahwa pasien-pasien tersebut pada umumnya mengalami gejala yang berhubungan dengan gangguan ginjal akut tersebut.

Ia menyebut, mayoritas di antaranya, yakni sebanyak 69,1% mengalami anuria, yakni sebuah kondisi di mana seseorang sama sekali tidak dapat buang air kecil. Gejala tersebut berbeda dengan oliguria, di mana seorang pasien masih bisa mengeluarkan urine, meski dalam jumlah yang sangat sedikit.

“Gejala AKI (Acute Kidney Injury/Gangguan Ginjal Akut)-nya apa? Oliguria. Oliguria itu kencingnya lebih sedikit, sedangkan anuria itu tidak ada kencing sama sekali. 69% itu tidak ada kencing sama sekali,” lanjut Pripim dalam kesempatan yang sama.

Ia pun mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima pihaknya dari IDAI Cabang, ada sebanyak 17,1% pasien yang tidak mendapatkan rujukan pengobatan lebih lanjut, akibat sulit untuk dirujuk. Sementara itu, ia menyatakan bahwa sisanya, yakni mayoritas, dengan angka 82,9% justru memperoleh rujukan lebih lanjut.

Untuk diketahui, saat ini, IDAI, bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI dan sejumlah pihak terkait, tengah melakukan mitigasi atas gangguan ginjal akut yang progresif dan atipikal, pada anak-anak balita yang sebelumnya dinyatakan sehat, dan tidak memiliki penyakit kronis ataupun kelainan ginjal bawaan.

255