Home Lingkungan Hibah Pengolah Sampah Bermasalah, Pemkab Karanganyar Pakai Alternatif Bakteri Pengurai

Hibah Pengolah Sampah Bermasalah, Pemkab Karanganyar Pakai Alternatif Bakteri Pengurai

Karanganyar, Gatra.com – Penggunaan bakteri pengurai sampah menjadi alternatif solusi masalah sampah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Namun, alat pengolah sampah yang digadang-gadang mampu mereduksi tersebut ternyata belum bisa dipakai karena terkait masalah.

Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto mengatakan solusinya pemkab telah merekrut sukarelawan yang akan mengerjakan metode pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Sukosari Jumantono. Metode itu dinamakan fermentasi limbah organik dengan bantuan bakteri anaerob. Pemilahan sampah organik dan non organik harus ditempuh paling awal.

Baca Juga: Budidaya Larva Lalat Jadi Solusi Mengatasi Permasalahan Sampah dan Pengangguran

“Sampah yang organik difermentasi. Jadi waktunya sampai terurai relatif cepat. Kemudian yang anorganik seperti plastik diproses menjadi briket dengan cara RDF (refused derived fuel), katanya, Jumat (13/10).

Hasil fermentasi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Sedangkan briketnya untuk bahan bakar.

Para sukarelawan tersebut dikoordinir Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Mereka berasal dari latar belakang pegiat lingkungan yang sudah berpengalaman mengolah sampah menggunakan metode terkait di sejumlah tempat pembuangan sementara (TPS).

Baca Juga: Yogya Kerap Darurat Sampah, Desa Ini Terapkan Sistem Kelola Sampah Digital dan Lebih Murah

Lebih lanjut Rober mengatakan, mesin pengolah sampah yang dihibahkan salah satu universitas di Jakarta ternyata belum bisa digunakan. Terkait hibah ini, universitas terkait menjalin kerja sama pengabdian masyarakat dengan pemerintah Tiongkok.

"Masalahnya, ternyata hibahnya belum sah secara hukum, masih menggantung. Jadi, pemkab belum berani memakainya. Padahal kita sudah bangunkan gudang untuk mesin itu. Instalasi listik juga. Bahkan beban listrik sudah kami bayar," katanya.

Sebagaimana diberitakan, TPA Sukosari Jumantono overload sampah. Sekitar 50 ton sampah yang masuk ke sana tiap hari hanya ditumpuk saja. Akibatnya, bukit sampah longsor ke areal pertanian milik warga. Aroma limbah juga mengganggu pernapasan warga sekitar. TPA itu sempat diblokade warga yang merasa dirugikan.

119