Home Kesehatan Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut: Kondisinya Sangat Berat

Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut: Kondisinya Sangat Berat

Jakarta, Gatra.com - Ratusan anak meninggal dunia akibat kasus gagal ginjal akut. Adanya cemaran zat beracun etilen glikol (EG) dan dietilen Glikol (DEG) dalam obat sirup diduga kuat menjadi penyebabnya. Salah seorang ibu korban, Desi Permata Sari, menceritakan kondisi anaknya yang saat ini telah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama tiga bulan akibat kasus ini.

"Masuk RSCM tanggal 10 September, sudah hampir 3 bulan. Sebelum masuk RSCM, anak sakit batuk, pilek, demam. Saat itu dibawa ke rumah sakit terdekat, karena panasnya sampai 40 derajat dan dikasih obat sirup paracetamol," katanya dalam media briefing Update Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak yang diselenggarakan Tim Advokasi untuk Kemanusiaan (TANDUK) di Jakarta, Rabu (30/11).

Ia menuturkan bahwa kondisi S, anaknya yang berusia 4 tahun, memburuk dalam dua hari setelah mengonsumsi obat. Saat itu, anaknya muntah dan tidak bisa pipis. Pagi harinya, Desi membawa anaknya ke rumah sakit dan setelah tes darah, hasilnya menunjukkan ada masalah pada ginjalnya sehingga S akhirnya dirujuk ke RSCM.

Ketika masuk ke RSCM, Desi mengatakan bahwa anaknya dalam kondisi baik, masih bisa berkomunikasi, serta tidak membutuhkan bantuan alat apapun meskipun sudah harus melakukan cuci darah sebagai bentuk pengobatan untuk mengeluarkan racun. Namun, kondisinya memburuk dalam lima hari. S harus masuk ke Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan dinyatakan koma.

"Kami ditelpon, disuruh ke PICU untuk bertemu dokter. Dokter menjelaskan bahwa S koma. Dia pendarahan hebat, kejang. Dokter bilang saat itu keadaannya sangat berat, sulit untuk kembali seperti semula," tuturnya.

Sejak koma, Desi mengaku bahwa anaknya sudah hilang kesadaran. Saat itu, pendarahan juga terjadi di lambungnya sehingga tidak ada makanan yang bisa masuk. Tiga bulan di rumah sakit, Desi menyebutkan bahwa saat ini anaknya sudah sangat kurus sebab tidak ada makanan yang bisa masuk.

Seiring berjalannya waktu, Desi menceritakan bahwa tangan S akhirnya bisa bergerak, matanya membuka. Setelah hampir 2 bulan di PICU, S dipindahkan ke ruang perawatan.

"Hampir dua minggu di lantai perawatan, keadannya sadar, matanya terbuka, tapi nggak bisa melihat, nggak merespons. Badanya kaku, kakinya kaku. Karena terlalu lama tidur di ruang PICU, saat keadaan kritis nggak bisa digerakkan, mengakibatkan luka di belakang kepala sampai saat ini," ucapnya.

Keadaan S terjadi sebab racunnya sudah menyebar hingga ke syaraf. Kerusakan syaraf permanen ini membuat S masih belum bisa merespons.

"Racunnya menempel di otaknya, di syaraf banyak racun jadi mengakibatkan gangguan syarafnya. Pengobatan lanjutan ada fisioterapi. Untuk kondisi saat ini sadar, tapi nggak bisa merespons," katanya.

Untuk itu, Desi berharap bahwa perawatan kepada S terus dilanjutkan. Menurutnya, anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut terkena dampak atas rusaknya ginjal sehingga menderita penyakit lain sehingga diperlukan prioritas pengobatan secara intensif.

159