Home Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama Soroti 5 Hal Tentang Pilihan Pasien Indonesia Berobat di Luar Negeri

Prof Tjandra Yoga Aditama Soroti 5 Hal Tentang Pilihan Pasien Indonesia Berobat di Luar Negeri

Jakarta, Gatra.com - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menyoroti ramainya kabar terkait preferensi masyarakat Indonesia untuk menjalani proses pengobatan di luar negeri. Tjandra Yoga pun menggarisbawahi setidaknya lima poin terkait kabar tersebut.

 

 

1. Informasi yang Beredar Perlu Dianalisis Kebenarannya

Tjandra Yoga membenarkan bahwa memang ada persepsi umum yang menyebut luar negeri lebih bagus daripada dalam negeri. Persepsi tersebut, katanya, berkembang di berbagai aspek, tak terkecuali dalam aspek kesehatan.

 

 

"Khusus untuk pengobatan, hal ini kemudian dipengaruhi lagi dengan 'berita-berita' yang dikesankan bagus di luar negeri. Berita yang cepat sekali beredar bisa saja benar, tapi bisa juga salah, tetapi biasanya sudah terlanjur dianggap benar saja," ujar Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya, sebagaimana dikutip Gatra pada Minggu (12/3).

 

 

Tjandra Yoga menyebutkan, salah satu contoh konkrit adalah terkait berita di satu pihak, mengenai dokter di Singapura yang menyebut istilah stroke kuping tidak ada di dunia medis. Padahal, kata Yoga, pada pihak lainnya, justru ada penjelasan yang menyebut bahwa istilah stoke kuping juga dikenal sebagai gangguan pendengaran sensorineural mendadak.

 

 

"Tanpa bermaksud berpolemik, tetapi informasi yang beredar memang perlu dianalisa benar tidaknya, sebelum cepat-cepat mengambil kesimpulan. Dalam hal ini tentu baik juga diungkap tentang 'keberhasilan' yang terjadi dalam pelayanan rumah sakit kita selama ini, berapa banyak yang berobat dan kemudian sembuh dengan baik. Ini perlu agar berita yang beredar bisa lebih seimbang," urai Tjandra Yoga.

 

 

2. Harga Pengobatan Tertentu yang Lebih Murah di Negara Lain

Di samping itu, Tjandra Yoga juga menyoroti tentang biaya pengobatan tertentu di luar negeri yang cenderung lebih murah dibanding biaya pengobatan di dalam negeri. Menurutnya, hal itu terjadi karena ada harga peralatan medis di Indonesia yang lebih mahal dibanding peralatan di sejumlah negara luar.

 

 

"Di sisi lain, memang untuk beberapa pemeriksaan dan pengobatan tertentu ternyata harganya di nagara tetangga lebih murah dari kita di Indonesia, walaupun saya tidak punya data perbandingan angka secara pasti," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu dalam keterangan yang sama.

 

 

"Untuk ini salah satu penjelasannya adalah harga alat kedokteran yang memang lebih mahal di Indonesia daripada di sebagian negara tetangga," imbuhnya.

 

 

Tjandra Yoga mengatakan, hal itu diketahuinya berdasarkan pengalaman pribadi ketika ia bekerja di Badan Kesehatan Dunia (World Heath Organization/WHO) dan berdomisi di New Delhi, India, dulu.

 

 

"Pengalaman pribadi misalnya, teman-teman dokter yang datang/belajar ke India waktu saya bekerja di WHO dan berdomisili di New Delhi, maka banyak yang pulang membawa berbagai alat kesehatan yang memang lebih murah harganya. Kalau di India maka obat-obatan juga jauh lebih murah dari di kita," katanya.

 

 

3. Kemampuan Tenaga Kesehatan Indonesia Sama Baiknya dengan Negara Tetangga

Tjandra Yoga mengatakan, secara umum, kemampuan dokter dan tenaga kesehatan lain di Indonesia sama baiknya dengan kemampuan tenaga kesehatan di negara tetangga. Bahkan, katanya, tidak sedikit pula dokter dan pakar kesehatan Indonesia yang cukup menonjol dan mendapat apresiasi serta dihormati dalam berbagai arena ilmiah kedokteran.

 

 

"Demikian juga jelas selama ini peran penting dokter dan pakar kita di berbagai organisasi internasional kesehatan dan kedokteran regional dan dunia," tutur Tjandra Yoga.

 

 

Menurutnya, tentu ada variasi dalam tenaga dan pelayanan kesehatan di Indonesia, antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Hanya saja, dalam hemat Guru Besar FKUI itu, secara umum pelayanan kesehatan di Tanah Air sebenarnbya terus membaik dari waktu ke waktu, namun tentu perlu terus ditingkatkan sesuai perkembangan ilmu.

 

 

4. Kecepatan Pelayanan di Negara Lain

Selain ketiga hal di atas, Tjandra Yoga juga menyoroti banyaknya pembahasan terkait lebih cepatnya pelayanan di negara tetangga antara pemeriksaan dan hasil suatu pemeriksaan. Dengan demikian, keputusan tindakan yang akan dilakukan dapat segera dilakukan.

 

 

"Untuk ini, yang perlu kita lakukan adalah manajemen pengaturan yang lebih baik, termasuk koordinasi antar tenaga dan unit kerja di institusi pelayanan kesehatan kita, tentu juga disertai keramahan pelayanan serta penerapan prinsip dasar hospitality yang baik," ucapnya.

 

 

5. Upaya Fundamental untuk Menyelesaikan Masalah

Tjandra Yoga juga menyatakan, perlu ada upaya mendasar yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut di Indonesia. Utamanya, terkait dengan harga alat kesehatan dan obat-obatan yang ia pandang memerlukan analisis serta pengambilan kebijakan oleh pihak pemerintah untuk dapat mengatasi hal tersebut.

 

 

"Tentu masing-masing pihak punya argumentasinya sendiri, tetapi tujuan akhirnya kan jelas, harga obat dan alat kesehatan harus lebih murah dari sekarang," kata Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.

 

 

Tjandra Yoga menegaskan, perlu ada keberpihakan kebijakan pemerintah untuk semua insan kesehatan. Keberpihakan itu bukan hanya agar insan kesehatan dapat menjalankan tugas mereka dengan baik, tetapi juga dapat menjalani kehidupan mereka dengan baik.

 

 

"Saling salah menyalahkan dan atau membela diri tidak akan menyelesaikan masalah," tuturnya.

 

 

Menurut Yoga, ada tiga hal yang dapat menjadi kunci utama dalam mengatasi lima hal yang dipandangnya fundamental itu. Ketiganya adalah kepemimpinan, pemerintahan, serta akuntabilitas. "Untuk hal ke lima yang mendasar ini, maka ada tiga kunci utamanya, leadership, governance dan accountability," pungkasnya.

372