Home Info Sawit Bakal Makin Kinclong Nusantara Holding

Bakal Makin Kinclong Nusantara Holding

Bali, Gatra.com - PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) Holding nampaknya makin terus tancap gas untuk bisa semakin berperan besar di industri kelapa sawit.

Tidak hanya menggenjot produktifitas di sektor hulu, perusahaan plat merah ini juga semakin mengepakkan sayap di sektor hilir. Puncak dari semua hasil tancap gas ini bakal kelihatan empat tahun ke depan.

Di sektor hulu misalnya, PTPN Holding bakal segera menyalip posisi Sime Darby Plantation yang kini masih di posisi puncak pemilik kebun kelapa sawit terluas di dunia; 601 ribu.

Kelak, luas kebun kelapa sawit PTPN Holding bakal berada di angka 650 ribu hektar. Luasan ini bakal menghasilkan sekitar 3,5 juta ton minyak sawit per tahun.

Di sektor hilir, ragam yang sedang dibikin oleh perusahaan ini. Pertama, sebagai bagian dari proyek strategis nasional, dalam lima tahun ke depan PTPN secara berkala akan meningkatkan produksi Olein dari yang tadinya 750 ribu ton Crude Palm Oil (CPO) per tahun, menjadi 3 juta ton CPO per tahun.

Produksi ini bersumber dari empat unit refinery yang sudah, sedang dan bakal dibangun hingga tiga tahun ke depan. Dua refinery itu ada di Sumatera. Sisanya kemungkinan akan dibangun di Pulau Jawa. 

Baca juga: Target Ghani 2027

"Artinya kita bakal menghasilkan 1,8 juta ton Olein pada tahun 2026. Produksi gula juga bakal meningkat dari yang tahun lalu masih 850 ribu ton, bakal menjadi 2,1 juta ton. Ini kaitannya dengan swasembada gula," Direktur Utama PTPN Holding, Mohammad Abdul Ghani mengurai misi besarnya itu saat didaulat berbicara pada pembukaan Internasional Oil Palm Converence di Bali Nusa Dua Convention Center, kemarin.

Lantas, semester pertama tahun ini, 204 ribu ton retail minyak goreng bakal dihasilkan. Minyak itu dikemas dalam tiga merk; Industri Nabati Lestari (INL), Nusa Kita dan Salvaco.

Lagi-lagi, secara bertahap, PTPN akan mengusai kebutuhan minyak goreng nasional. Saat ini kebutuhan Olein nasional berada di angka 5 juta ton.

"Dengan produksi kita nantinya sudah di angka 1,8 juta ton, kalau ada kebutuhan yang mendesak di dalam negeri, PTPN sudah bisa menjadi backbound saat Olein atau minyak goreng di pasaran perlu diintervensi," lelaki 63 tahun ini nampak percaya diri.

PTPN juga akan membangun Biogas berkapasitas 3 juta mmBTU, Bio CNG 1,3 juta mmBTU, juga akan menghasilkan Biodiesel 443 ribu ton per tahun.

Lantas, Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) juga bakal digenjot di seluruh provinsi sawit yang ada di Indonesia. Targetnya minimal 60 ribu hektar. Untuk semua gawe ini, PTPN akan mengucurkan duit sekitar Rp25 triliun.

Sembari menjalankan itu semua, PTPN akan terus memperbaiki tata kelola internal perusahaan baik di dalam off farm maupun on farm, termasuk kaitannya dengan marketing. "Dengan begitu, secara kualitatif kami akan semakin bisa meningkatkan kinerja operasional dan financial," ujarnya.

Salah satu perbaikan tadi adalah memperkuat sinergi. Itulah makanya performa PTPN Group juga dibagusi. Tahun lalu, PTPN telah membentuk Sub Holding Sugar Co.

Ini adalah hasil penyatuan tujuh PTPN yang selama ini memproduksi gula. Tahun ini, perusahaan juga akan segera membentuk Sub holding Palm Co dan Sub Holding Supporting Co.

Kalau semua yang diurai Ghani tadi sudah berjalan, maka sederet isu penting terkait industri kelapa sawit yang belakangan selalu menggelayut dibenaknya, otomatis telah teratasi.

Adapun isu penting yang dia sebut itu begini; Agaknya siapapun sudah tahu bahwa Indonesia adalah produsen utama kelapa sawit, produksinya lebih dari dua kali lipat dari apa yang dihasilkan Malaysia.

Hanya saja, dari sisi keterlibatan dan intervensi pemerintah, nampaknya masih menghadapi masalah. Tahun lalu misalnya, minyak goreng sempat langka di pasaran.

Lagi-lagi, faktanya Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar; sekitar 48 juta ton CPO per tahun. Tapi tahun lalu kebutuhan minyak goreng rakyat bermasalah.

Isu kedua, saat ini, hubungan antara petani dengan pelaku industri apakah itu BUMN maupun swasta, tidak equell. Akibatnya, kebun petani yang luasnya mencapai 42 persen dari total 16,38 juta hektar kebun kelapa sawit di Indonesia, posisinya termarjinalkan.

"Dari sekitar 6,8 juta hektar kebun kelapa sawit petani, lebih dari 2 juta hektar umurnya sudah lebih dari 25 tahun. PTPN III tentu punya tanggungjawab besar gimana caranya agar persoalan ini bisa diselesaikan," katanya.

Untuk itu pulalah kemudian PTPN membikin rancangan program strategis. Ini demi meningkatkan peran PTPN yang tak hanya sebagai pelaku industri, tapi juga sekaligus sebagai bagian dari BUMN yang orientasinya tidak hanya meraih laba tapi juga harus memastikan 'dirinya' sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam industri kelapa sawit.

Omongan Ghani ini persis seperti apa yang dibilang Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN, Rachman Ferry Isfianto; bahwa BUMN tidak semata-mata mengejar deviden, yang lebih penting itu justru adalah memastikan bahwa BUMN itu benar-benar bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Dan kalau apa yang dibilang Ghani tadi sudah berjalan, apa yang dikhawatirkan oleh Direktur PT. Riset Perkebunan Nusantara, Iman Yani Harahap akan berangsur hilang. Soalnya di acara yang sama, bekas Kepala PPKS itu mengatakan begini; lima tahun terakhir ada kecenderungan penurunan produktifitas.

Ini akan menghadirkan cost yang lebih besar untuk meningkatkan produksi. Saatnya kita menjalankan sistem Best management practices. "Kalau ini benar-benar dijalankan, industri sawit ini akan lebih sukses," katanya.

Walau tancap gas soal sederet di atas tadi, bukan berarti perusahaan ini mengabaikan keberlanjutan. Tengok sajalah, akhir tahun ini 100% pabrik dan kebun PTPN akan disertifikasi RSPO, sertifikasi ICC juga akan ditingkatkan. Semua kebun dan pabrik akan melaksanakan tata kelola sesuai ICC dan RSPO.

Dengan begitu, terkait Environment, Social and Governance (ESG), apa yang dilakukan PTPN sudah sesuai dengan apa yang diminta oleh Uni Eropa.

"Yang jelas, oleh penerapan RSPO dan ICC ini kami telah mendapat revenue sekitar Rp224 miliar. Soalnya CPO dan PKO perusahaan telah dihargai premium oleh pasar. Tahun ini target revenue ini naik menjadi sekitar Rp300 miliar," Ghani nampak optimis.


Abdul Aziz

272