Home Ekonomi Negosiasi IPEF, DIkhawatirkan Negara Berkembang Akan Jadi Pengimpor Mesin Bekas

Negosiasi IPEF, DIkhawatirkan Negara Berkembang Akan Jadi Pengimpor Mesin Bekas

Denpasar, Gatra.com - Persoalan lingkungan kembali diperhatikan saat perundingan tertutup Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) di Bali tengah berlangsung. Pasalnya, pendekatan ekonomi sirkuler yang sempat disebutkan oleh IPEF dinilai peneliti dalam diskusi Koalisi Masyarakat Sipil untuk Keadilan Ekonomi punya agenda terselubung.

Hal ini disampaikan oleh Peneliti Third World Network Lutfiyah Hanim. Ia menilai, deklarasi IPEF soal pendekatan ekonomi sirkuler hanya terlihat baik di luarnya saja.

"Tapi, kami khawatir IPEF meminta negara berkembang atau negara anggota IPEF untuk membuka impor produk remanufaktur, jadi mesin yang diperbarui dikarenakan ini mungkin masih bagus untuk digunakan oleh negara lain," tutur Lutfiyah Hanim dalam diskusi yang diadakan di Bali sekaligus daring pada Jumat (17/3).

Menurutnya, hal ini rentan dimanfaatkan oleh negara-negara maju, terutama mereka yang kuat di bidang manufaktur. Sementara, negara berkembang harus puas menerima barang bekas karena kesulitan membeli mesin baru.

"Khususnya, negara-negara partner negara maju akan mengekspor mesin refurbish atau mesin seken, dari negara maju ke negara-negara berkembang, atas nama pendekatan ekonomi sirkuler atau dengan embel-embel lingkungan," ucap Hanim.

Jika ini menjadi kenyataan, negara berkembang akan semakin dirugikan. Saat ini saja, produk buatan pabrik luar negeri sudah banyak yang mengisi pasar lokal. Hal ini secara tidak langsung dapat melemahkan industri dalam negeri, bahkan mengurangi penyerapan tenaga kerja jika fungsinya bisa digantikan mesin canggih dari negara maju.

"Dan juga, isu lainnya adalah, kalau seandainya mereka menggunakan atau mengirimkan mesin seken, tentu saja akan sulit dihancurkan. Maka dari itu akan ada akumulasi sampah dari negara maju ke negara tujuan. Ini tentu saja akan buruk itu lingkungan," tutur Hanim lagi. 

48