Home Ekonomi Euforia Kendaraan Listrik, Trend Asia: Bisa Meningkatkan Pencemaran Toksisitas pada Manusia

Euforia Kendaraan Listrik, Trend Asia: Bisa Meningkatkan Pencemaran Toksisitas pada Manusia

Jakarta, Gatra.com - Pemerintah saat ini tengah menggenjot transisi kendaraan konvensional berbahan bakar minyak (BBM) berganti ke kendaraan listrik. Menanggapi hal tersebut Direktur Program dan Kampanye Trend Asia, Ahmad Ashov Birry mengatakan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik dapat meningkatkan pencemaran toksisitas yang dapat menimbulkan efek bahaya pada manusia.

Lelaki yang sering disapa Ashov ini menjelaskan bahwa hal tersebut mengacu pada jurnal mengenai peringatan terhadap EV yang dipublish pada 2022. Di mana menjelaskan bahwa peningkatan cemaran tersebut terjadi karena penggunaan logam, bahan kimia, dan energi yang lebih besar untuk produksi mesin penggerak dan baterai tegangan tinggi.

“Jadi ada pengurangan emisi di satu sisi, namun di sisi lain level pencemaran toksisitas pada manusia dapat meningkat,” kata Ashov dalam paparanya pada acara diskusi media mengenai "Transisi Energi: Beralih ke Kendaraan Listrik, Lebih Banyak Manfaat atau Mudharatnya?,” Jumat (14/4).

Baca juga: 35.862 Unit Mobil Listrik Bakal Dapat Subsidi Pajak, Bayar PPN Cuma 1%

Ia juga mengatakan bahwa dampak lingkungan EV dalam fase produksi lebih tinggi daripada Internal Combustion Engine (ICE) karena pembuatan baterai.

“Dalam fase penggunaan EV memperoleh citra keseluruhan yang lebih baik daripada ICE, meskipun hal ini sangat bergantung pada pangsa pembangkit energi bersih,” kata Ashov.

Baca juga: Pakar UGM Ingatkan Industri Mobil Listrik Jangan Sampai Dikuasai Asing

Dalam fase daur ulang, lanjutnya, penggunaan kembali dan pembuatan ulang baterai bekas sangat membantu dalam meningkatkan manfaat lingkungan dari kendaraan listrik. Namun, ia mempertanyakan kesiapan Indonesia dalam menghadapi masalah limbah baterai yang akan terjadi di masa depan karena penerapan EV. Terlebih, limbah baterai dapat menjadi penyebab pencemaran lingkungan serius apabila tidak dikelola baik.

Terakhir, dalam paparannya Ashov juga mengatakan bahwa memang dengan adopsi EV berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi energi fosil. Namun, EV memiliki dampak yang lebih tinggi daripada ICE dalam hal konsumsi logam karena produksi baterai saat ini 80% masih didominasi oleh bahan baku nikel.

209