Home Hukum Bak Film Mafia Produksi Hollywood, Kisah Pekerja pada Komplotan Scammers di Myanmar

Bak Film Mafia Produksi Hollywood, Kisah Pekerja pada Komplotan Scammers di Myanmar

 

 

Purworejo, Gatra.com- Tak pernah dibayangkan oleh ADJ (31), jika keinginannya bekerja di luar negeri justru menjadikannya seorang scammer. Pemuda asal Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah itu beruntung bisa pulang ke Indonesia berkat bantuan pengacaranya, Agus Triatmoko, KBRI Myanmar dan GASO (Global Anti Scam Organization) serta pihak terkait lainnya.

Saat diperiksa oleh Satgas TPPO Polres Purworejo di Posko TPPO, Mapolsek Purworejo, ADJ menceritakan pengalamannya hingga ia bisa bekerja di jaringan penipu online di Myanmar. Ia berangkat mengadu nasib pada malam tahun baru 2023 lalu dengan naik kereta dari Stasiun KA Kutoarjo menuju Stasiun Gambir Jakarta.

Kemudian, bersama temannya, TT (31) menuju Bangkok, Thailand menggunakan pesawat. Sesampai di Bangkok, sudah ada orang yang menjemput dan mengantarkan ke perbatasan Thailand-Myanmar dengan jalan darat (mobil).

"Kami menuju Myanmar melewati jalan pinggir sungai. Saat akan masuk ke wilayah Myanmar, kami diperiksa oleh militer Myanmar yang menyandang senjata laras panjang. Benar-benar takut saat itu, saya pikir akan ditembak," kata ADJ usai diperiksa polisi, Senin (21/08/2023).

Lolos dari pemeriksaan perbatasan, ADJ dan TT dibawa ke sebuah gedung yang mereka sebut asrama. Gedung tersebut ada di Kota Myawaddy, Negara Bagian Kayin, dekat perbatasan Thailand. ADJ dan TT kemudian diberikan instruksi mengenai tugasnya yang sungguh jauh dari tugas seirang customer service (CS) perusahaan.

"Kami disuruh jadi scammers, tugas saya mencari orang (calon korban) dari Amerika Serikat dan Kanada. Kami mencari calon target lewat website pencari jodoh dan aplikasi kencan. Di internet, kami berpura-pura jadi perempuan. Untuk foto-foto, sudah disediakan foto-foto perempuan Asia. Setelah berhasil menggaet target, kami ajak investasi kripto," jelas ADJ yang mengaku paspornya kini ditahan Bareskrim Polri.

Setiap orang yang bekerja di sana, mendapatkan sebuah laptop untuk piranti mencari mangsa. Setiap hari, ADJ ditarget memperoleh nomor HP 'mangsa' bule sebanyak tiga nomor. "Targetnya tiga nomor HP setiap hari, tapi saya sering tidak nutup target," ujarnya.

Yang mencengangkan, ternyata kemampuan digital jaringan penipu online ini luar biasa. Saat korban penipuan mereka minta video call, bagian IT bisa mengedit wajah pekerja perempuan jaringan Myanmar ini, persis dengan wajah perempuan di foto yang digunakan di medsos.

"Kalau ada yang minta video call, yang nerima nanti perempuan. Jadi di sana yang kerja ada laki-laki dan perempuan. Nah..tugas bagian IT mengedit wajah agar mirip dengan foto yang dipakai di medsos. Karyawannya ada ratusan orang dari India, Srilanka, Pakistan juga Indonesia. Selain kami dari Purworejo, dari Indonesia setahu saya ada yang berasal dari Bali, Solo, Padang, Jakarta. Kalau bosnya orang dari China (Tiongkok)," bebernya.

Jika tak mau bekerja mencari mangsa, mereka akan duberi sanksi dan diancam dibawa ke pos militer. Jika tak menutup target, ADJ biasanya dihukum push up atau lari. Namun ia sering tidak melakukan tugasnya karena merasa bertentangan dengan hati nuraninya. Beruntung, ia memiliki teman yang peduli.

"Yang laporan itu teman saya yang sudah lebih dulu dipulangkan ke Indonesia. Selama 5 bulan bekerja, tiga bulan terakhir saya digaji per bulannya Rp10 juta, padahal janjinya Rp15 juta kerja sebagai CS. Bulan kedua dan ketiga malah hanya Rp6 juta gajinya," terang ADJ didampingi pengacaranya, Agus Triatmoko.

ADJ mengaku bisa bekerja di Myanmar karena diajak oleh temannya yang justru tak lolos karena usia. Perekrut mereka adalah orang Malang, Jawa Timur yang dalam komplotan scammers Myanmar bekerja di bagian IT. Saat ini orang tersebut masih berada di Myawaddy.

89