Home Politik Anies Tinggalkan AHY demi Cak Imin, Dinilai Jadi Poros Baru Tanpa Etika Politik

Anies Tinggalkan AHY demi Cak Imin, Dinilai Jadi Poros Baru Tanpa Etika Politik

Yogyakarta, Gatra.com - Pecah kongsi anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan yakni Partai Demokrat dan Partai Nasdem menjadi cermin imbas hilangnya adab politik. Hal ini dinilai tak mendidik masyarakat untuk berpolitik secara santun.

Hal itu disampaikan Ahmad Ma'ruf, peneliti senior lembaga Institute of Public Policy and Economic Studies (Inspect) yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (2/9).

Hari ini, Nasdem dan PKB sepakat mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden. Padahal sebelumnya Anies disebut telah meminang Agus Harimurti Yudhono (AHY), Ketua Umum Demokrat. PKB sebelumnya juga mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal capres.

"Reaksi yang cukup keras ditunjukkan Demokrat. Diksi pengkhianatan, penelikungan, dan penjagalan berulang disuarakan oleh kubu Demokrat," kata Ma'ruf.

Menurutnya, hampir semua partai merespons dinamika politik hari ini. Pecah kongsi antara Gerindra dan PKB resmi terjadi. Sisi lain muncul koalisi baru Nasdem - PKB. Di koalisi lain, Sandiaga Uno yang tak kunjung dipinang PDIP untuk mendampingi Ganjar Pranowo juga disebut-sebut terus mengajak Demokrat dan PKS untuk menggalang koalisi baru.

"Sangat mungkin Demokrat juga akan membuat poros tandingan bersama PKS dan PPP. Ada potensi muncul pasangan baru AHY & Sandi," kata Ma'ruf.

Tampaknya, kata dia, format politik 2024 berpola kuadran. Akan ada empat kotak yang terisi pasangan capres cawapres.

"Pasangan dari poros Demokrat menjadi pengisi kuadran keempat, setelah tiga kuadran telah terisi oleh capres Ganjar dari kubu PDIP, capres Prabowo dari kubu Gerindra, dan Anies dari kubu Nasdem. Empat kuadran ini akan menjadi ajang bbertanding pada putaran pertama," paparnya.

Pada Pilpres 2024, menurut Ma'ruf, penentu poros capres yang akan melaju lolos pada putaran pertama adalah capres yang didukung partai dengan militansi kader yang tinggi dan ketersediaan logistik yang besar.

"Kubu yang melimpah logistik belum tentu jadi pemenang kalau nihil militansi kader. Demikian sebaliknya," ujarnya.

Mencermati hasil berbagai survei independen, Ma'ruf menjelaskan, dua kubu tampaknya potensial akan berkontestasi pada putaran kedua, yaitu poros PDIP melawan poros Gerindra.

"Kedua poros akan mendapat tambahan dukungan dari poros yang tumbang di putaran pertama. Nasdem - PKB potensial merapat ke poros PDIP, sedangkan Demokrat - PKS merapat ke poros Gerindra," ujarnya.

Namun Ma'ruf mengingatkan kerasnya kompetisi Pilpres 2024 seharusnya tidak menjadikan kompetisi nihil etika politik.

"Kasus cepatnya pecah kongsi calon pasangan Anies - AHY tanpa diawali dialog dan komunikasi para pengusung merefleksikan tumpulnya kesantunan politik dari para politisi. Sangat disayangkan panggung politik tidak mengedukasi masyarakat tetang budaya politik," ujarnya.

189