Home Regional Embung Bagelen Bocor, Warga Tak Bisa Airi Kebun Saat Kemarau

Embung Bagelen Bocor, Warga Tak Bisa Airi Kebun Saat Kemarau

Purworejo, Gatra.com – Sejumlah warga Desa Sokoagung, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terpaksa harus mencari air hingga jauh untuk kepentingan MCK (mandi, cuci, kakus). 

Untuk memasak dan minum pun, mereka yang biasanya mengandalkan Pamsimas (Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), kali ini harus membeli galon yang mengandalkan bantuan air bersih BPBD dan dermawan lain.

Desa yang terkenal karena adanya penambang emas ini, memang langganan kekeringan di kala musim kemarau. Karena itulah, kelompok tani (Poktan) di Dusun Kaliagung, mengajukan proposal pengajuan embung. Pemprov Jawa Tengah yang saat itu sedang gencar dengan program 1.000 embung, melalui Dinas PU SDA Taru Provinsi Jawa Tengah. Bantuan itu untuk dibuatkan embung yang dibangun di atas lahan 2 hektar lebih. 

Kapandi, dari Kelompok Tani Suka Usaha mengatakan embung ini dibangun dengan anggaran multi years APBD Provinsi Jateng kurang lebih Rp7 miliar. Dibangun dalam 4 tahap, mulai tahun 2014 (pagu Rp1,1 M), tahun 2015 (Rp2,4 M) tahun 2016 (Rp3 M lebih) dan tahun 2017 (Rp600 juta). Selanjutnya, embung ini dinamai dengan nama Embung Bagelen.

Dikatakan bahwa ada dua cekungan tampungan air yang masing-masing berbeda kapasitas airnya. Tampungan (embung) 1 berkapasitas 4.170 m3, sedangkan tampungan (embung) 2 berkapasitas 8.557 m3. Ukuran embung 1 17x76 meter, sedangkan embung 2 47x57 meter. 

“Ketersediaan air embung berasal dari curah hujan juga dari limpahan air Pamsimas yang mengambil dari mata air Sokoagung,” katanya, Kamis (5/10).

"Poktan Dusun Kaliagung yang mengajukan awal untuk air baku, karena kalau musim kemarau kekurangan air. Sebenarnya, mereka mengajukan untuk kelompok tani setempat, tapi karena ada program 1.000 embung malah dapat embung besar," kata Kapandi.

Baca Juga: Embung Kurang Signifikan, Suplai Pertanian Andalkan Sumur Bor

Kapandi menjelaskan setelah diverifikasi nantinya, Kaliagung tidak tidak memiliki tanah luas untuk embung. Selanjutnya, sesuai kesepakatan, embung dibangun di tanah milik desa seluas 2 hektar lebih di Dusun Sekangun. Pengelolaan embung ini ada pada Balai Probolo (Progo, Bogowonto, Luk Ulo) yang berkantor di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo.

"Saat pembangunan tahap keempat, tahun 2016, kontraktornya melarikan diri dan sudah diblacklist. Beruntung, embung ini selesai di tahun 2017 dan bisa dimanfaatkan warga," kata Kapandi.

Adapun pengelola Embung Bagelen, Didik Suherman menjelaskan bahwa saat kemarau panjang seperti saat ini, debit air di Embung Bagelen berkurang drastis. 

"Kalau musim kemarau ya pasti kekurangan air embungnya. Embung 2 sekarang tinggi airnya hanya 90 cm. Embung 1 malah kering, tidak ada airnya selain karena kemaru juga akibat bocor lantainya," kata Didik.

Ia menambahkan, selama ini, warga memanfaatkan air embung, selain untuk MCK juga untuk mengairi kebun buah dan sayur. Namun karena sedang kekeringan, saat ini warga tidak bisa mengairi kebun mereka.

"Kalau dulu sebelum ada embung cari air susah, sekarang agak mendingan. Dulu harus berjalan jauh ke sumber mata air. Kalau yang mampu ya beli air, sekarang sudah tidak lagi. Namun karena kekeringan ini, warga yang berada di atas, airnya (dari embung) tidak bisa naik. Akhirnya hanya mengandalkan bantuan air bersih. Kemarin ada droping air dari BPBD Kabupaten Purworejo dan Komunitas Elf Mania," ujar Didik.

Kepala desa Sokoagung, Tri Wanto membenarkan bahwa tampungan 1  Embung Bagelen bocor pondasinya sehingga mengalami kekeringan. "Embung Bagelen dimanfaat warga Dusun Kaliputat Desa Clapar dan Dusun Sekangun Desa Sokoagung. Ada yang airnya dipergunakan untuk mengisi kolam ikan, juga mengairi perkebunan buah manggis, durian, mangga, matoa, rambutan dan kelapa," terang Tri Wanto.

Karena embung yang menjadi andalan pencukupan air warga juga kering, maka jika kemarau melanda maka warga menyiasatinya dengan menggunakan air seirit mungkin. 

"Kalau kemarau dan kekeringan seperti ini, ya kami memakai air seirit mungkin. Untuk kebun buah ya tidak bisa diairi," kata Tri.

Mengenai kebocoran pondasi embung 1, Tri mengaku sudah mengusulkan ke Balai Probolo agar diperbaiki. 

177