Home Internasional Pertempuran Berkecamuk di Gaza Utara, PBB Tidak lagi Menuntut Gencatan Senjata

Pertempuran Berkecamuk di Gaza Utara, PBB Tidak lagi Menuntut Gencatan Senjata

Gaza, Gatra.com - Israel terus memerangi militan Hamas dalam upaya mencapai tujuan mereka yang sulit untuk menguasai penuh Gaza utara, setelah Dewan Keamanan PBB meminta lebih banyak bantuan disalurkan di daerah kantong Palestina, kendati kecewa tidak lagi menuntut diberlakukannya gencatan senjata.

Reuters, Sabtu (23/12) melaporkan, asap tebal menyelimuti kota utara Jabalia – yang juga merupakan tempat bagi kamp pengungsi terbesar di Gaza – dan penduduk melaporkan pemboman udara terus-menerus dan penembakan dari tank-tank Israel, saat mreka bergerak masuk ke dalam kota.

Brigade al-Qassam sayap bersenjata Hamas mengatakan mereka telah menghancurkan lima tank Israel di daerah tersebut, membunuh dan melukai awaknya, dengan menggunakan dua rudal yang tidak meledak, diluncurkan sebelumnya oleh Israel.

Kepala juru bicara militer Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa pasukannya telah mencapai kendali operasional penuh atas Gaza utara, dan bersiap untuk memperluas serangan darat ke daerah lain di Jalur Gaza, dengan fokus di selatan.

Tentara juga merilis video yang dikatakan menunjukkan terowongan Hamas di daerah Issa. Israel menuduh kelompok militan tersebut sengaja menempatkan warga sipil di terowongan dan infrastruktur militer lainnya untuk digunakan sebagai tameng manusia, namun hal ini dibantah oleh Hamas.

Pada Sabtu malam, warga dan media Palestina melaporkan bahwa tank-tank Israel menembaki kota Juhr ad-Deek di Gaza tengah. Belum ada laporan mengenai korban jiwa.

“Setidaknya 201 warga Palestina telah terbunuh dalam 24 jam terakhir, dan menjadikan jumlah korban tewas menjadi 20.258 selama konflik 11 minggu tersebut,” kata Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Sabtu. 

Ribuan jenazah lainnya diyakini terjebak di bawah reruntuhan. Hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi.

Israel mengatakan 140 tentaranya tewas sejak melancarkan serangan darat pada 20 Oktober, sebagai respons terhadap serangan militan Hamas yang berkuasa di Gaza pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang kembali ke wilayah kantong tersebut.

Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya telah kehilangan kontak dengan kelompok yang dikatakan bertanggung jawab atas lima sandera Israel karena pemboman Israel. Lebih dari 100 sandera diyakini masih berada di Gaza.

Pejabat kesehatan dan media Hamas mengatakan serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Nusseirat di Gaza tengah, menewaskan tiga orang termasuk seorang jurnalis saluran TV Aqsa Hamas dan dua kerabatnya.

Menurut perhitungan Komite Perlindungan Jurnalis, kematian reporter tersebut menambah jumlah jurnalis yang tewas dalam konflik tersebut menjadi sedikitnya 69 orang.

Radio Aqsa Hamas kemudian mengatakan pesawat Israel telah membom dan menghancurkan markas besar stasiun TV dan radio Aqsa di Kota Gaza.

Seorang juru bicara militer Israel menolak mengomentari laporan Palestina bahwa pasukan Israel telah memulai serangan darat di dekat Kerem Shalom, sebelah timur Penyeberangan Rafah ke Mesir.

Kemana warga harus pergi

Israel telah lama mendesak warganya untuk meninggalkan wilayah utara Gaza, namun pasukannya juga telah membombardir sasaran di bagian tengah dan selatan wilayah kecil di pesisir tersebut.

“Ke mana kita harus pergi? Tidak ada tempat yang aman,” kata Ziad, seorang petugas medis dan ayah enam anak, kepada Reuters melalui telepon. 

“Mereka meminta orang-orang untuk pergi ke (kota Gaza tengah) Deir Al-Balah, di mana mereka melakukan pengeboman siang dan malam,” katanya.

Para pelayat Palestina menghadiri pemakaman empat keluarga yang tewas dalam serangan udara Israel terhadap Khan Younis di Gaza selatan.

“Hukum internasional telah runtuh… Jika Israel berada di posisi Palestina, dunia tidak akan tinggal diam dan akan bertindak,” kata Ramzy Aidy, seorang warga Gaza yang memiliki gelar doktor di bidang hukum.

Konflik telah menyebar ke luar Gaza, termasuk ke Laut Merah di mana milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman, telah menyerang kapal-kapal dengan rudal dan drone sebagai pembalasan atas serangan Israel di wilayah kantong tersebut.

“Sebuah kapal dagang yang berafiliasi dengan Israel di Laut Arab lepas pantai barat India ditabrak oleh kendaraan udara tak berawak, menyebabkan kebakaran,” kata perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey pada hari Sabtu.

Seorang komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan Laut Mediterania bisa ditutup jika Amerika Serikat dan sekutunya terus melakukan “kejahatan” di Gaza. Media Iran melaporkan pada hari Sabtu, tanpa menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Presiden Iran dan Mesir membahas perkembangan terkini di Gaza dan prospek memulihkan hubungan diplomatik bilateral, dalam apa yang dikatakan televisi pemerintah Iran sebagai percakapan telepon pertama mereka. 

Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan Teheran akan menawarkan semua bantuan yang diperlukan “untuk menghentikan genosida yang dilakukan rezim Zionis.”

Setelah berhari-hari berselisih untuk menghindari ancaman veto AS, Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat mengeluarkan resolusi yang mendesak langkah-langkah yang memungkinkan akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan, dan diperluas, ke Gaza dan kondisi untuk penghentian pertempuran yang berkelanjutan.

Resolusi tersebut lebih lemah dari rancangan sebelumnya, yang menyerukan diakhirinya perang yang telah berlangsung selama 11 minggu dan melemahkan kendali Israel atas pengiriman bantuan, sehingga membuka jalan bagi pemungutan suara di mana Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menyatakan abstain.

Amerika Serikat dan Israel menentang gencatan senjata, dengan alasan gencatan senjata akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali dan mempersenjatai kembali.

Kendati pemerintahan Presiden AS Joe Biden masih kritis terhadap meningkatnya jumlah korban jiwa, dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk ketika Israel terus melancarkan serangan darat dan udara.

107