Home Lingkungan Nestlé Indonesia dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Kolaborasi Penanaman 30.000 Pohon Mangrove

Nestlé Indonesia dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Kolaborasi Penanaman 30.000 Pohon Mangrove

Siak, Gatra.com- Melanjutkan komitmen global Nestlé di bawah Nestlé Global Reforestation Program untuk menanam 200 juta pohon di seluruh dunia pada tahun 2030, Nestlé Indonesia bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dalam mendukung percepatan rehabilitasi mangrove. Kerja sama ini merupakan bagian dari prioritas strategi nasional yang menargetkan rehabilitasi lahan mangrove seluas 600.000 hektar di seluruh Indonesia sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Bersama dengan pemerintah, Nestlé menargetkan untuk menanam dan memastikan pertumbuhan 30.000 pohon mangrove di area seluas 4 hektar di Desa Rawa Mekar Jaya secara bertahap hingga April 2026. Sejak 1971, Nestlé Indonesia selalu berupaya menciptakan manfaat bersama untuk individu dan keluarga, masyarakat, serta bumi. Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia, Samer Chedid menyampaikan upaya Nestlé Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar dalam pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon mangrove melalui program reforestasi.

“Selama lebih dari 50 tahun, Nestlé Indonesia telah mendukung banyak inisiatif di sepanjang rantai usaha kami, salah satunya adalah bagaimana kami dapat berkontribusi untuk melakukan mitigasi perubahan iklim yang sejalan dengan ambisi global untuk penanaman 200 juta pohon di seluruh dunia pada tahun 2030," ungkap Samer Chedid dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/4).

Baca juga: Dukung Target NZE, Reklamasi PTBA per 2023 Capai 2.222 Hektare

Melalui kerja sama dengan BRGM, Nestlé Indonesia akan melakukan program reforestasi yang pertama dengan menanam dan memastikan pertumbuhan 30.000 pohon mangrove di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kami percaya guna membantu, melindungi, memperbarui, dan memulihkan lingkungan, diperlukan adanya kolaborasi untuk saling mendukung dan mengambil peran, baik dari masyarakat maupun lintas pemangku kepentingan,” tutur Samer Chedid.

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam mengurangi emisi karbon, dengan menjadi salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Didukung dengan laporan Global Carbon Project, Indonesia menghasilkan emisi karbon sebesar 930 juta ton CO2 per tahun, yang berkontribusi sebesar 19,9% dari total emisi karbon dunia yaitu 4,67 miliar ton CO2 per tahun.

Dalam upaya menurunkan angka emisi karbon di Indonesia, mangrove memiliki peran penting dalam perubahan iklim dengan kemampuannya yang dapat menyerap gas rumah kaca dengan efektivitas 3-5 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan tanaman tropis lainnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri Rokan, Irpana Nur menambahkan bahwa pihaknya mengapresiasi apa yan telah dilakukan oleh PT Nestlé Indonesia. "Sejalan dengan target pemerintah untuk melestarikan ekosistem mangrove di Indonesia, kami mengapresiasi PT Nestlé Indonesia yang telah mencanangkan penanaman 30.000 bibit pohon mangrove," jelasnya.

Baca juga: Elnusa Jalankan Program Ekonomi Sirkular Lewat Pengolahan Sampah Daur Ulang Hasil Kreativitas Anak Difabel

Menurutnya, mangrove merupakan salah satu tanaman yang memiliki kemampuan menyerap emisi karbon yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman tropis lainnya, sehingga diperlukan adanya pemeliharaan dan monitoring berkala untuk memastikan mangrove dapat bertumbuh dengan baik. “Kami berharap kerja sama ini dapat membuahkan berbagai manfaat bagi masyarakat, mulai dari manfaat ekonomi bagi masyarakat, manfaat sosial dengan menciptakan lapangan kerja, dan juga manfaat lingkungan dalam memulihkan ekosistem mangrove,” paparnya.

Lebih lanjut, Koordinator Pengendalian Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Fatma Puspitasari menjelaskan bahwa sebanyak 60% dari penduduk Indonesia memiliki tempat tinggal di daerah pesisir. Salah satu bencana yang dapat terjadi di wilayah pesisir akibat dampak perubahan iklim adalah banjir rob bahkan tsunami.

“Diperkirakan kerugian ekonomi akibat dampak perubahan iklim dapat mencapai Rp544Triliun sampai dengan tahun 2024,” ujar Fatma. Oleh karena itu, sejak tahun 2020 pemerintah Indonesia mengumumkan target rehabilitasi lahan mangrove seluas 600.000 ha yang terkonsentrasi di sembilan provinsi di Indonesia.

Mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat. ”Kami mengapresiasi inisiatif PT Nestlé Indonesia dalam project ReGrove sebagai bagian dari komitmen Nestlé dalam mengatasi perubahan iklim dan berkontribusi mewujudkan zero emission,” ujarnya.

Baca juga: KINETIK Diluncurkan, Kemitraan Iklim dan Infrastruktur Australia-Indonesia

Program reforestasi kawasan hutan yang dilakukan oleh Nestlé Indonesia bersama dengan BRGM akan dilakukan secara bertahap hingga April 2026 dengan target penanaman sebanyak 30.000 pohon mangrove di area seluas 4 hektar di Desa Rawa Mekar Jaya.

“Kami sangat berterima kasih kepada Nestlé Indonesia atas kontribusi yang dilakukan dalam upaya pemulihan ekosistem mangrove di Kabupaten Siak. Sejalan dengan komitmen kami dalam rangka pembangunan berkelanjutan dan pemulihan lingkungan hidup, kami berharap program reforestasi ini dapat berjalan dengan lancar dan juga memberikan inspirasi kepada masyarakat akan peran penting yang dimiliki oleh mangrove,” papar Bupati Kabupaten Siak, Alfredri.

Melalui program ini, pihaknya akan melibatkan masyarakat dalam persiapan dan pengadaan benih bakau, sekaligus memberikan pelatihan penanaman dan perawatan pohon mangrove. “Kami yakin program reforestasi ini dapat membawa dampak positif bagi lingkungan yang memberikan kontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati sekaligus memberdayakan masyarakat lokal dengan berpartisipasi secara langsung. Semoga inisiatif ini dapat mendorong perubahan positif bagi Indonesia dan generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045 yang lebih besar,” tutup Samer.

114