Home Kesehatan Deteksi Dini Penyakit Kanker Hati dengan Surveilans Setiap 6 Bulan

Deteksi Dini Penyakit Kanker Hati dengan Surveilans Setiap 6 Bulan

Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan data Global Cancer Observatory Indonesia tahun 2022, kanker hati masuk dalam 5 jenis kanker yang paling sering terjadi dan dikatakan juga bahwa ada 23.805 kasus baru kanker hati yang ditemukan pada pasien di Indonesia pada tahun 2022.

Maka diperlukan pendeteksian dini penyakit hati kronik. dr. Kemal Fariz Khalista , SpPD, FINASIM dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menyampaikan, kanker hati kadang-kadang tidak bergejala. Namun jika sudah terdetesi sudah terlanjur besar termasuk jika ada tumornya.

“[Penyebabnya] hati karena virus hepatitis, banyak minum alkohol ini fibrosis. Jika terus menerus tidak ditangani akan berlanjut cirrhois atau sel sel banyak yang mati hatinya mengecil. Ketika itu sel bermutasi jadi tumor atau kanker hati,” kata dr Kemal dalam webinar Awam tentang Kanker Hati dengan tema Living Healthy With Liver Cancer pada Sabtu (18/5).

Menurut dr Kemal, penyebab kanker hati paling banyak dikarenakan virus hepatitis B dan hepatitis C. Kemudian ada fatty liver atau perlemakan hati, autoimun, obat yang bisa merusak hati, kelainan genetik. Termasuk kriptogenik sebagain kecil yang sulit diidentifikasi.

“Selain jumlah [kanker hati] banyak, angka kematiannya juga banyak. Tinggi sekali angkanya. Artinya prognosisnya buruk atau luarannya susah pengobatannya,” ujarnya.

Di Indonesia, menyitir studi dr Imelda Maria Loho di 2013-2014 bahwa pasien 56,2% sudah stadium C dan D ditangaii sudah pada stadium lanjut. Sebagian besar pasien, 65% hanya terapi yang sudah tidak lagi mengobati tumor atau kankernya tapi fokus pada gejala yang diakibatkan tumornya yang sudah lanjut tersebut. Deteksi dini juga bisa diketahui dengan riawat penyakit keluarga.

“[Pasien] tidak bisa makan, perutnya buncit, hanya bisa berbaring. Karena sudah terlampau lanjut dan kondisi hati yang sirosis. Angka jumlahnya banyak dan sudah terkena mortalitasnya tinggi dan harapan hidupnya pendek. Penting untuk deteksi dini dengan surveilans secara berkala,” ucapnya.

Maka surveilans setiap 6 bulan dengan USG hati dan tumor marker, AFP PIVKA II dengan pemeriksaan darah di laboratorium. Penting juga untuk mengetahui faktor risiko dengan pemeriksaan CT Scan atau MRI.

“Transmisi hepatitis B, lebih menghawatirkannya dari ibu ke anak peluang anak kronik 90%. Jika sudah tertular anak menjadi hepatitis B kronik akan tinggi. kalau tidak memeriksa kita tidak tahu ada masalah di liver. Bahwa pada saat awal tidak menimbulkan gejala,” tandasnya.

13