Home Seni |#ac58dc Julia Sarisetiati: Potret Pusaran Pendidikan Buruh Migran dalam Gambar dan Video

Julia Sarisetiati: Potret Pusaran Pendidikan Buruh Migran dalam Gambar dan Video

 

Yogyakarta, Gatra.com- Menyelami kondisi Buruh Migran Indonesia dalam sebuah karya seni? Nampaknya tidak banyak yang melakukan demikian. Namun hal tersebut dilakukan oleh Seniman, Julia Sarisetiati.

Fotografer dan videografer kelahiran tahun 1981 ini mencoba menyampaikan bagaimana sebenarnya kondisi Buruh Migran tanah air yang hijrah Mencari nafkah ke luar negeri. Pemikiran itu ia tuangkan melalui karya berjudul, “Choreographed Knowledges" yang dipamerkan di Cemeti-Institut.

Proyek ini berangkat dari penelitian jangka panjang dan keterlibatannya dengan para Buruh Migran Indonesia. Selama masa residensinya di Seoul Art Space Geumcheon, Korea (2011), wanita yang akrab disapa Sari ini bertemu dengan sesama orang Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Bidang pekerjaan mereka berkisar dari manufaktur hingga konstruksi, pertanian, dan perikanan. Hingga bidang perawatan dan pekerjaan rumah tangga.

“Ini adalah presentasi hasil riset saya. Jadi saya mengembangkan beberapa kerja bersama dengan Buruh Migran,” kata lulusan jurusan Fotografi Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti ini kepada Gatra.com beberapa waktu lalu.

Sari menilai sebagian besar dari mereka hanya dianggap berketerampilan rendah dan tidak mempunyai kapasitas yang mumpuni. Jumlah mereka tidak sedikit, data pemerintah menyebut pada 2018 ini ada 265 ribu orang bekerja di luar negeri.

Menurut Kuratorial proyek Goethe institut Asia Timur dan Asia Tenggara tersebut, sebanyak dua per tiga dari jumlah buruh migrain itu tidak memperoleh pendidikan tinggi. Sementara lebih dari setengahnya hanya menempuh pendidikan dasar.

Sebuah fakta yang membuat Sari bertanya-tanya. Sampai satu momen ia mempertanyakan kenapa dominasi tenaga kerja Indonesia itu lulusan SD dan SMP.

"Saya rasa ini ada hubungannya dengan sejarah pendidikan di Indonesia. Makanya saya bikin lini masa," ungkap Sari yang juga mengelola Gudskul, pelatar pendidikan informal bagi praktisi seni muda tersebut.

Akhirnya, ia mencoba memvisualkan bagaimana gambaran pendidikan buruh migran melalui sekolah vokasi di tiga layar. Dalam video itu nampak seorang calon pekerja dilatih untuk mengangkat beban dan memindahkanya ke tempat lain.

Di karya yang lain Sari mencoba menyampaikan proses Buruh Migran dalam merawat bayi. Ini digambarkan dengan dokumentasi foto yang ia dapatkan dari Buruh Migran sendiri.

“Ini ada kaitannya dengan pemerintah membuat sekolah vokasi. Salah satu yang dibuat banyak adalah biro latihan kerja baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Sari.

Dalam karya yang lain, Sari mencoba mengisahkan lini masa pendidikan dan dinamika sosial dari masa VOC sampai saat ini. Menariknya ia mencoba menyampaikan tahun-tahun penting, seperti tahun 1945-1966 saat Presiden Soekarno membuat Undang-Undang Ketenaga kerjaan.

Selain itu, ia juga menampilkan di tahun 1946 ketika Yogyakarta melakukan kampanye pemberantasan melek huruf. Juga membuat perjalanan pendidikan organisasi islam besar di tanah air, yakni Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), serta Sekolah Kolonial hingga proses pendidikan pasca-reformasi.

“Nggak mungkin menuturkan sejarah pendidikan tanpa melihat sejarah sosial. Karena semua berkaitan dengan perkembangan pemikiran Indonesia menarik bisa melihat dialog rezim saat ini dan masa lalu," ungkap Sari.

Sisi yang lain, Sari mengkritik pemerintah yang belum memberikan jaminan pendidikan layak bagi Buruh Migran Indonesia. Seharusnya, ketika negara memperhatikan masyarakatnya, Indonesia bisa mempekerjakan mereka di tanah kelahirannya sendiri.

Karyanya memotret dilema tentang fakta dimana kebanyakan negara maju sedang berupaya menurunkan buruh kasar dan pekerja yang dinilai rendahan. “Kan harusnya negara menjamin pendidikan, kenapa mereka harus pergi. Dialog ini sangat komplek tergantung rezim yang berkuasa dan situasi ekonominya," pungkas Sari.


Reporter: Abdus Somad
Editor: Birny Birdieni

 

132

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR