Home Gaya Hidup Sambut Lailatul Qadar, Keraton Surakarta Gelar Kirab Malam Selikuran

Sambut Lailatul Qadar, Keraton Surakarta Gelar Kirab Malam Selikuran

Solo, Gatra.com - Salah satu tradisi yang rutin digelar di Keraton Surakarta saat bulan Ramadan adalah kirab malam selikuran atau malam ke-21 yang dilaksanakan pada Sabtu (25/5) malam. Kirab digelar untuk menyambut malam Lailatul Qadar.

Alunan gamelan dari dalam bangsal Smarakata di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta mengiringi ritual ini. Rombongan berjajar dan berjalan perlahan dari dalam bangsal menuju Jalan Supit Urang. Rombongan yang terdiri atas pengageng keraton hingga abdi dalem ini membawa ting atau lampion. Mereka berjalan menuju ke Masjid Agung Surakarta.

Ting yang mereka bawa bentuknya beragam, mulai replika Panggung Sangga Buana hingga miniatur Masjid Agung Surakarta. Kirab juga disemarakkan rombongan santiswaran atau penyanyi tembang macapat. Ada pula rombongan ancak cantaka, kotak kayu berisi tumpeng hasil bumi dan jajanan pasar yang jumlahnya 1.000 buah.

Kirab Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta yang menjadi tradisi menyambut malam Lailatul Qadar, Solo, Sabtu (25/5). (GATRA/Rahma Novita/tss)

Tepat pukul 20.00 WIB rombongan tiba di Masjid Agung. Ancak cantaka yang dibawa para abdi dalem ditempatkan berjajar di serambi masjid. Ancak cantaka kemudian didoakan oleh kiai Keraton Surakarta dan dibagikan pada jemaah yang selesai melaksanakan salat tarawih.

Takmir Masjid Agung Surakarta Muchtarom mengatakan kirab ini dipusatkan di lingkungan keraton hingga ke Masjid Agung. Tahun ini kirab tak menggunakan rute dari Taman Sriwedari. Namun hal ini tidak mengurangi esensi kirab malam selikuran.

"Malam selikuran ini sebagai pengingat masyarakat muslim terhadap malam Lailatul Qadar yang jatuh setiap tanggal-tanggal ganjil," ucapnya.

Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo menjelaskan tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun. "Pembagian ancak cantaka ini dilakukan sebagai penggambaran berkah di malam Lailatul Qadar," ucapnya.

Adapun lentera dan lampion menjadi gambaran penyambutan Sahabat kepada Rasulullah yang pulang dari Jabal Nur dengan membawa Wahyu Lailatul Qadar. Saat itu Sahabat membawa lentera saat menyambut Rasulullah.

Tahun ini iringan rute tidak melalui Sriwedari karena dikembalikan ke Masjid Agung seperti tradisi semula. "Dulu memang di Sriwedari, kini kami kembalikan ke Masjid Agung," ucapnya.

 

 

 

 

 

855