Home Ekonomi Investasi Asing di Start Up, Modal Ke Luar Negeri

Investasi Asing di Start Up, Modal Ke Luar Negeri

Jakarta, Gatra.com - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik Junaidi Rachbini berpendapat, investasi asing pada perusahaan startup dalam negeri menyebabkan terjadi defisit transaksi berjalan, sehingga modal berpindah ke luar negeri.

Didik menilai, selama ini investasi yang ada semata-mata hanya memanfaatkan potensi pangsa pasar Indonesia yang besar.

"JIka investasi yang digadang-gadang hanya untuk eksploitasi pasar dalam negeri, maka investasi tersebut berkualitas rendah," tegasnya dalam Diskusi Online INDEF "Polemik Investasi Asing di Start Up Unicorn", Minggu (4/8).

Didik menanggapi investasi yang mengeksploitasi pasar dalam negeri. Ini terjadi pada banyak perusahaan startup yang diibaratkan pisau bermata dua.

"Dampaknya terhadap perekonomian, bercampur antara positif menyerap tenaga kerja dan produktif menciptakan barang jasa. Namun juga berdampak negatif, menyedot modal keluar," jelasnya.

Kemudian, Ia mengingatkan, investasi berorientasi ekspor ke luar negeri berbeda dengan investasi yang orientasinya ke pasar dalam negeri. Sebagaimana terjadi pada kebanyakan perusahaan startup.

"Investasi yang pertama membawa beban terhadap neraca berjalan, yang sudah sangat parah. Terutama pendapatan primer yang terus mengalami defisit paling besar pada dekade ini," ungkapnya.

Didik berpendapat, solusi yang dilakukan yakni mendorong insentif terhadap investasi yang produktif, berorientasi keluar, daya saing, dan ekspor. "Sehingga berdampak positif terhadap pemupukan devisa dan memperkuat ekonomi sektor luar negeri," sambungnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya surplus neraca perdagangan untuk mengurangi defisit neraca berjalan yang kini terjadi.

"Dari sisi ini, kebijakan pemerintah saat ini kalah jauh dengan kebijakan pada masa Orde Baru dimana ekspor tumbuh bukan hanya dua digit tetapi di atas 20%," ucapnya.

Peneliti INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan, keberadaan startup yang didanai asing memperparah defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

"Startup khususnya yg bergerak di bidang ecommerce berkontribusi terhadap naiknya impor barang konsumsi. Tahun 2018 impor barang konsumsi naik 22% padahal konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 5%," ungkapnya.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal-I 2019 tercatat sebesar US$ 7 miliar atau 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

 

344