Home Gaya Hidup BUMDES di Purbalingga Kembangkan Pupuk Organik

BUMDES di Purbalingga Kembangkan Pupuk Organik

Purbalingga, Gatra.com – Belakangan, sistem pertanian organik semakin marak di berbagai daerah. Tak terkecuali di Purbalingga dan sekitarnya.

Peralihan sistem itu dipengaruhi oleh semakin menurunnya kualitas tanah yang disebabkan pemakaian pupuk kimia secara terus menerus. Akibatnya, jumlah panen dan kualitasnya terus menurun. Sementara, kebutuhan pupuk kimia semakin tinggi.

Melihat peluang itu, petani di Desa Nangkod, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah mulai mengembangkan mulai memproduksi pupuk organik. Selain dipakai oleh oleh petani setempat, pupuk ini dijual ke petani lain dan bahkan sudah merambah ke berbagai wilayah.

Agar lebih maksimal, produksi pupuk itu dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Direktur BUMDES Alfalah, Kismo Hari Nugroho mengatakan, dalam sebulan produksi pupuk mencapai 20 ton. Sementara ini wilayah pemasarannya adalah para petani sayur di Dieng, Banjarnegara serta petani Durian di Kemranjen, Banyumas.

Selain itu, penjajagan ke wilayah lain juga dilakukan. Di antaranya dengan menjual pupuk organik berupa kemasan untuk tanaman hias di perumahan. Sebab, produksi pupuk organik masih bisa ditingkatkan.

"Kami berharap ada pihak-pihak lain yang ikut memasarkan produk kami karena kualitas yang terjamin baik," kata Kismo, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/6).

Ketua Kelompok Tani Bina Sejahtera, Kusmi Haryanto bercerita, pada awalnya petani memproduksi pupuk organik lantaran bahan baku sangat berlimpah. Di Desa Nangkod, sebagian besar petani memelihara sapi dan kambing. Selain itu, banyak pula kandang ayam berskala besar yang kotorannya tak termanfaatkan.

“Jadi bahan baku kotoran ternak yang melimpah itu kami manfaatkan untuk membuat pupuk organik," ujar Kusmi.

Kemudian, kelompok tani mendapatkan pendampingan dari UGM Yogyakarta dalam proses produksi pupuk organik. Adapun komposisinya kotoran ayam 25 persen, kotoran sapi dan kambing 75 persen dicampur bakteri fermentasi dengan proses selama sepuluh hari.

Pengembangan pupuk organik tersebut juga mendapat dukungan dari Pemerintah Desa Nangkod. Tahun ini, Pemdes mengalokasikan anggaran sebesar Rp 150 juta untuk meningkatkan produksi dan pengembangan teknologi produksi pupuk organik.

1239