Home Gaya Hidup Refleksi 39 Tahun Teater Lingkar, Pentaskan Ciliwung

Refleksi 39 Tahun Teater Lingkar, Pentaskan Ciliwung

Semarang, Gatra.com - Pergelaran apik tersaji dalam pementasan budaya dalam rangka hari jadi Teater Lingkar Semarang yang berusia 39 tahun, dengan memanggungkan "Kali Ciliwung" karya Prih Raharjo di gedung teater Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Jalan Sriwijaya Semarang, Sabtu (20/7) malam.

Pimpinan Teater Lingkar Semarang Mas Ton mengatakan, pementasan  itu sebagai bentuk refleksi dan wujud syukur atas kiprah Teater Lingkar selama berkesenian.  Kali Ciliwung ini, bercerita tentang kehidupan kaum marjinal yang hidupnya di tepi sungai dengan berbagai macam persoalan yang komplek melingkupi kehidupan sehari-hari.

"Kami ingin memotret kehidupan masyarakat marjinal yang selama ini terabaikan oleh negara, bahwa mereka itu sebenarnya juga butuh perhatian, misalnya sama-sama pelacur , tentunya perlakuan berbeda antara pelacur yang beroperasi di hotel dengan yang pinggir-pinggir jalan, padahal sama-sama pelacur," kata Mas Ton kepada Gatra.com, seusai pementasan.

Mas Ton mengatakan, "Kali Ciliwung" ini adalah naskah karya Nur Sahid yang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa. Namun untuk pementasan, dia  melakukan improvisasi supaya lebih komunikatif saat di panggung.

Dalam cerita panggung yang dihiasi tata panggung dan pencahayaan khas teater, dan iringan musik, Ijah yang diperankan oleh Nanik, bermain apik sebagai pelacur, Bakir yang diperankan oleh Suroso sebagai copet yang jujur, Welas diperankan oleh Wahyuning, penyair diperankan Herlambang mampu menghipnotis ratusan penonton yang duduk secara lesehan.

Mas Ton mengatakan, di tengah usia yang ke 39 tahun, Teater Lingkar akan terus berkarya dengan mementaskan panggung teater setiap bulan. "Sejak bulan kemarin, kami telah menggarap naskah untuk pementasan, sebagai bentuk aktivitas, pementasan setiap bulan untuk menjaga atmosfer kehidupan kesenian khususnya teater di Semarang ini tetap terjaga agar tidak mati," kata Mas Ton.

Kendati Semarang dikenal sebagai kota sebagai kota yang miskin dalam berkesenian khususnya teater, namun hal itu tidak membuat Mas Ton dengan Teater Lingkar-nya tidak patah arang. Dirinya tetap terus berkarya untuk menghidupkan  panggung teater.

"Justru itu dengan kondisi yang sepi peminat, Teater Lingkar mencoba eksis untuk terus pentas. Apa pun kondisinya, itu bukan persoalan bagi kami, karena bagi kami karya itu yang utama," katanya.  

 

500