Home Milenial Goro-Goro: Mahabarata 2, Teater Koma Angkat Kisah Padi

Goro-Goro: Mahabarata 2, Teater Koma Angkat Kisah Padi

Jakarta, Gatra.com - Mengulangi kesuksesan Mahabarata: Asmara Raja Dewa pada November 2018 yang lalu, teater Koma kembali menggelar pementasan mengambil cerita legenda kuno yang sama. Kali ini bertajuk Goro-goro: Mahabarata 2, diselenggarakan dari 25 Juli sampai 4 Agustus 2019 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Memadupadankan dengan unsur modern, lakon ini memang menyasar generasi muda milenial agar tertarik menonton pagelaran teater. Dari penggunaan animasi, properti, dan kostum juga menyisipkan unsur modern yang tak kaku seperti lakon Jawa Kuno lainnya. 

Bagaimana tidak, untuk latar menggunakan beberapa layer dengan animasi yang ditembakkan proyektor. Sehingga menghasilkan kesan tiga dimensi yang ciamik. 

Baca Juga: Sastra Lisan Melayu Langkat Dedeng Terancam Punah

Kostum yang dikenakan juga tak melulu pakaian kerajaan Jawa. Cangiki dan Limbuki sebagai penjaga Dewi Srinandi muncul dengan pakaian badut yang cenderung kebarat-baratan. Begitu juga sejumlah wayang petani di Medangkmulya, yang terlihat mengenakan pakaian adat Melayu. 

Pun sama dalam soal musik, aransemen Fero Aldiansya Stefanus menyajikan beragam musik daerah maupun modern. Dewi Lokawati dihadirkan bersama alunan sinden Sunda. Rakyat Medangkanmulyan bernyanyi bersaut-sautan lewat balutan Melayu klasik. Bahkan Slamet Rahardjo Djarot yang memerankan Batara Guru turut diiringi musik Jazz.

Dari segi cerita, sebab mengangkat Goro-goro, Semar dan tiga anaknya Gareng, Petruk, dan Bagong berperan penting. Mereka muncul lewat banyolan dan berhasil mengocok perut penonton. Celetukan-celetukan itu tak hanya mengundang tawa, tapi juga secara sarkas mengungkap fenomena terkait kondisi sosial politik kekinian.

Baca Juga: 'Geger Pasir Luhur', Cerita Satire Legenda Kamandaka

"Goro-Goro: Mahabarata 2 akan mengajak penonton untuk membayangkan dan memikirkan seperti apa pemimpin yang diinginkan, pemimpin yang mencintai perdamaian demi kenyamanan dan kemakmuran bersama, atau justru yang mencintai pertikaian demi meraih kekuasan tertinggi," ujar , penulis naskah dan sutradara Goro-Goro: Mahabarata 2, Nano Riantiarno di Jakarta, Rabu (24/7).

Kisah yang diangkat lakon ini sebenarnya cukup sederhana yakni 'Padi'. Tapi juga unsur paling penting bagi masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok.  "Angkatan bersenjata, kalau dia tidak makan padi atau gandum, maka dia bakal lemah," kata Nano menganalogikan.

Satu ketika, Batara Guru tak sengaja melontarkan kutukan kepada Dewi Lokawati, akibat menolak untuk dipersunting. Kutukan itu mengubah Lokawati menjadi tumbuhan padi.  Sesal atas khilafnya, Batara Guru yang diperankan oleh Slamet Rahardjo Djarot kemudian menitahkan Batara Narada untuk memberikan padi itu kepada masyarakat Marcapada. Ditanam dengan cinta, padi lah yang membuat Medangkamulyan menjadi lebih makmur  dengan hasil panen yang melimpah. 

Baca Juga: Refleksi 39 Tahun Teater Lingkar, Pentaskan Ciliwung

Medangkamulyan sendiri dipimpin oleh seorang raja nan bijak, Prabu Srimahapunggung,l. Ia tak lepas dari nasehat-nasihat Semar (Batara Ismaya). Turut andil juga tiga anak Semar: Gareng, Petruk, dan Bagong atau lebih dikenal Panakawan.

Berbeda, Sonyantaka yang dipimpin oleh Prabu Bukbangkalan dengan prajurit raksasanya malah diserang paceklik. Rasa dengkinya membuatnya kalap dan berniat menyerang Medangkamulyan. Bahkan Togog (Batara Antaga) selaku penasehat tak mampu menahan keinginan Bukbangkalan. Terlebih lagi, di perjalanan mereka bersekutu dengan raksasa rakus, Batarakala.

Baca Juga: IKJ Menggelar Dies Natalies 49 Tahun

Konflik Sonyantaka dan Medangkanmulyan disuguhkan bukan dalam bentuk perang prajurit antarkerajaan. Justru perebutan urusan perut dimana 'padi' jadi objek utama. Pertikaian Sonyantaka dengan Medangkanmulyan juga menggambarkan bagaimana peran dari Togog dan Semar menjadi penghamba pada kerajaan masing-masing.

Lakon Goro-Goro: Mahabarata 2 ini akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki setiap hari, 25 Juli sampai dengan 4 Agustus 2019, pukul 19.30 WIB kecuali hari Minggu, 28 Juli dan 4 Agustus 2019, pukul 13.30 WIB.

722