Home Politik Penghayatan Pancasila Penting untuk Hadapi Tantangan Bangsa

Penghayatan Pancasila Penting untuk Hadapi Tantangan Bangsa

Jakarta, Gatra.com - Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) Gerakan UNITI, dan Yayasan Sosial Pemersatu Bangsa (YSPB) mengadakan diskusi kebangsaan bertajuk "Quo Vadis Indonesia" di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Rabu (7/8).

Dalam diskusi ini hadir beberapa tokoh nasional seperti Rohaniawan Frans Magnis Suseno, Sejarawan Anhar Gonggong, Mantan Ketua BPK, Hadi Poernomo, dan perwakilan kementerian dan lembaga.

Ketua Umum YSPB, Baskara Sukarya mengatakan, diambilnya tajuk "Quo Vadis" karena saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi tantangan yang sangat besar.

"Terdengar sangat pesimis bukan? Seakan-akan negeri ini tengah tersesat atau terombang ambing? Memang begitulah adanya," jelasnya dalam pembukaan diskusi kebangsaan.

Permasalahan utama yang dihadapi bangsa, kata Baskara yakni radikalisme, korupsi, dan ketimpangan sosial. Untuk persoalan radikalisme, Baskara melihat,  permasalahan pada penghayatan pancasila yang sangat rendah pascareformasi.

"Saya lihat pascareformasi ini kok masalah pendidikan pancasila, pengamalan pancasila, penghayatan pancasila [terjadi]. Kemudian juga budi bekerti. Nah, ini ingin kita hidupkan lagi," katanya.

Menurutnya, isu ini perlu menjadi alarm yang membangunkan bangsa Indonesia. Terlebih agar diperhatkan oleh pemerintah agar bangsa Indonesia dapat mencegah permasalahan ini secara bersama. Solusinya dengan menggalakkan penghayatan pancasila. 

"Jadi isu ini mungkin ada baiknya menjadi wake up call bagi bangsa Indonesia. Ternyata ada isu yang cukup membahayakan mengenai radikalisme, korupsi, dan ketimpangan yang harusnya kita sikapi bersama," tuturnya. 

Baskara menegaskan, diperlukan sikap revolusioner dalam menghadapi dan mencari solusi terhadap tantangan terbesar bangsa ini.

"Gerakan UNITI ini artinya persatuan [dan] persatuan Indonesia. Kita harapkan akan mengarah kepada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," pungkas Baskara.

 

167