Home Gaya Hidup Jeritan Petani Tembakau NTB, Saat Beredarnya Rokok Elektrik

Jeritan Petani Tembakau NTB, Saat Beredarnya Rokok Elektrik

 

Mataram, Gatra.com-Beredarnya rokok elektrik atau vape di Nusa Tenggara Barat (NTB) merugikan petani tembakau. Apalagi, harganya lebih terjangkau oleh kelas menengah ke bawah. Kondisi ini semakin memperparah anjloknya harga tembakau. Berdampak pada pendapatan petani yang terus merosot pascapanen. 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB, Prof Masnun Tahir menuturkan, harus dilihat kebijakan pemerintah yang berbanding lurus dengan kepentingan rakyat. Dengan memperhatikan manfaat dan mudaratnya, masalah ini dapat diselesaikan. 

"Tembakau di NTB akan lebih maslahat bagi pribadi dan orang banyak dalam menunjang perekonomiannya. Dibandingkan dengan rokok vape yang berbau elektrik ini. Vape hanya bisa digunakan oleh segelintiran elit. Rokok elektrik itu hanya menambah gaya hidup saja," ujar Masnun Tahir kepada wartawan di Mataram, Jumat (30/8).

Masnun yang juga Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram ini menambahkan, tembakau sudah ada sejak zaman nenek moyang. Tanaman ini telah lama menjadi bahan pembuat rokok, dibandingkan rokok elektrik yang baru muncul. 

Oleh karena itu, Masnun mendorong pemerintah membuatkan regulasi terhadap rokok elektrik. Rokok elektrik dinilai Masnun memiliki kadar penyakit lebih tinggi dari tembakau, yang merupakan hasil panen bumi berasal dari tanah.

“Tembakau akan sangat di butuhkan oleh petani dan rakyat. Tembakau kan andalan petani kita di NTB, tentu harus kita dukung juga baik secara pasar dan pemasarannya," ujar dia.

Masnun menganalisa, selama ini petani tembakau terhimpit biaya penanaman tembakau yang semakin tinggi, seperti pupuk, biaya tanam, pemeliharaan dan lainnya. Tingginya biaya produksi petani tembakau yang tidak sesuai dengan hasil penjualan akan menjadikan petani semakin miskin.

“Karena itu, para petani juga diharapkan bisa melakukan inovasi. Di tengah persaingan produk saat ini, petani harus mampu menggaet kebutuhan pasar serta meningkatkan produktivitas,” ucap orang nomor dua di lingkungan UIN Mataram ini.

 

726