Home Kesehatan Depresi Berat Sunan Kuning Ditutup, Satu WPS Masuk RSJ

Depresi Berat Sunan Kuning Ditutup, Satu WPS Masuk RSJ

Semarang, Gatra.com - Seorang Wanita Pekerja Seks (WPS) lokalisasi Sunan Kuning Semarang mengalami depresi berat akibat ditutupnya komplek lokalisasi yang sudah berusia 53 tahun itu.
 
Wati, salah satu pemilik wisma karaoke di Sunan Kuning, mengatakan jika salah satu WPS bernama Dita alias Diva (24) mengalami guncangan psikologis hingga dirawat pada rumah sakit jiwa yang ada di Semarang. Menurut dia, semenjak santer dikabarkan akan ditutup sampai akhirnya ditutup membuat kondisi psikologis terganggu.
 
 
"Banyak yang depresi berat karena penutupan ini. Bahkan dia sampai dilarikan ke rumah sakit jiwa," kata Wati, saat seremonial penutupan Sunan Kuning, Jumat (18/10).
 
Kondisi Dita, kata Wati, sebagai tulang punggung keluarga membuat Bunga harus kehilangan pendapatan untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari.
 
"Dia kepikiran jadi tulang punggung keluarga gimana caranya bisa menghidupi kebutuhan," katanya.
 
Wati berharap, Pemkot Semarang tak hanya memikirkan soal dana pesangon saja. Dampak secara psikologis akibat penutupan lokalisasi harus diperhatikan pemerintah.
 
"Depresi itu kan sudah parah, apalagi sampai masuk rumah sakit jiwa, kasian anaknya masih muda, kasian keluarganya," ucapnya.
 
Wati berharap Pemkot Semarang tidak gegabah dan benar-benar memikirkan dampak dari penutupan lokalisasi SK karena imbasnya sudah banyak yang dirugikan. Apalagi dengan pesangon Rp5 juta, WPS masih bingung untuk pemanfaatkannya. 
 
"Sebenarnya sudah bener tempatnya terlokalisir di satu tempat. Karena kalau tidak, takutnya malah menyebar lagi ke beberapa kawasan di sekitar Semarang. WPS di sini juga masih pada bingung mau ngapain dengan uang segitu," ungkap Wati.
 
Kejadian depresinya salah satu WPS di Sunan Kuning dibenarkan oleh Ketua Pengelola Resos Argorejo, Suwandi. Dita menurut Suwandi, memang saat ini sedang mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit jiwa di Kota Semarang.
 
"Iya depresi, jadi suka diam, ngelamun, tiba tiba menangis, tiba tiba ngomong sendiri. Tapi sudah di bawah ke rumah sakit jiwa," ujar Suwandi.
 
Menurutnya, Dita sebelumnya tidak pernah menunjukan tanda tanda depresi sebelumnya berhembusnya rencana pemerintah Kota Semarang menutup lokalisasi ini.
 
"Anaknya baik, ramah, suka ngobrol juga, mungkin kepikiran mau seperti apa nasibnya kedepan setelah ditutup " katanya.
 
Saat ini, katanya, pihak resos akan terus mengawasi kondisi kejiwaan Dita.
 
"Kita terus awasi, bagaimana perkembangannya, karena ini juga tanggung jawab kita,"katanya.
240