Home Kesehatan Klinik Kejiwaan Di Bandung, Terima Mahasiswa Tidak Mampu

Klinik Kejiwaan Di Bandung, Terima Mahasiswa Tidak Mampu

Bandung, Gatra.com - Tim Psikiatri Klinik Kejiwaan, dr. Teddy Hidayat, Sp.KJ(K) menyampaikan, mahasiswa tidak mampu yang membutuhkan bantuan konseling bisa datang ke Klinik Kejiwaan di Rumah Sakit Melinda, Bandung. Pelayanan itu akan diberikan secara gratis. 

Teddy berujar, upaya tersebut dilakukan karena mahasiswa yang memiliki masalah kejiwaan masih belum mendapatkan perhatian khusus, padahal jumlahnya banyak. 

"Yang jadi masalah, kesehatan jiwa ini tidak ditanggung oleh BPJS," katanya di Bandung, Senin (9/12).

Selain itu, ia mengatakan, mahasiswa merupakan calon penerus bangsa. Apabila mereka memiliki masalah kesehatan jiwa, maka akan sangat merugikan banyak pihak.

Apalagi, menurut Teddy, 80% bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa, terutama depresi. WHO menyatakan, setiap tahun 800 orang di dunia meninggal karena bunuh diri. Sementara itu, di Indonesia, setiap tahun ada 10 ribu orang meninggal karena bunuh diri.

"Setiap jam orang meninggal karena bunuh diri," ujarnya.

Hal itulah yang akhirnya membuat Teddy dan tim bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi. Terutama untuk mengembangkan konseling di masing-masing perguruan tinggi. Namun, sampai saat ini, Teddy menyatakan Memorandum of Understanding (MoU) baru dilakukan dengan ITB.

"Kami di sini selain melayani juga memberikan fasilitas untuk para mahasiswa. Mulai dari yang tidak mampu," tuturnya.

Lebih lanjut, Teddy mengatakan, pihaknya tidak sekadar melayani rawat jalan saja, tetapi juga menerima mahasiswa yang membutuhkan rawat inap.

"Tadi kami menerima panggilan, ada mahasiswa yang mau terjun dari lantai lima. Kami datang dan pasien langsung dibawa untuk rawat inap," katanya.

Sebagai informasi angka depresi di kalangan mahasiswa meningkat. Berdasarkan penelitian terbaru Klinik Kejiwaan RS Melinda, di salah satu perguruan tinggi di Bandung sebanyak 24 orang pernah mencoba dan masih berusaha melakukan bunuh diri. Itu terjadi selama semester pertama pada 2019, dari 401 sampel. Sementara 46 orang menyakiti diri sendiri akibat depresi.

1078