Home Ekonomi BTPN Raih Pinjaman Rp2 M dari IFC untuk Green Financing

BTPN Raih Pinjaman Rp2 M dari IFC untuk Green Financing

Jakarta, Gatra.com — IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, menyediakan fasilitas pinjaman sebesar US$150 juta (sekitar Rp2 miliar) dengan tenor empat tahun kepada PT Bank BTPN Tbk. Dana yang diperoleh dari fasilitas ini akan digunakan oleh Bank BTPN untuk meningkatkan pembiayaan hijau (green financing) dan pinjaman kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ditargetkan berfokus pada dua bidang: memperkecil kesenjangan pembiayaan melalui pendanaan jaringan rantai pasok (Supply Chain Financing) dan mendorong pembiayaan pada pengusaha UMKM wanita.

“Investasi ini ditargetkan untuk membantu UMKM yang dimiliki oleh wanita untuk menciptakan dampak pembangunan dan mendorong pertumbuhan usaha-usaha berskala kecil. Fasilitas ini akan juga menunjukkan bahwa proyek Hijau layak untuk dibiayai. Kami menggarisbawahi pentingnya penerapan standar dan best practice bagi institusi keuangan lainnya. Selain itu, fasilitas ini juga akan mendukung upaya pemerintah untuk menjadikan Pembiayaan Iklim (climate finance) sebagai kelas aset yang utama,” jelas Azam Khan yang merupakan Country Manager IFC untuk Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste.

Baca Juga: Ini Strategi Indonesia Capai Target Penurunan Emisi 29%

Dalam keterangan yang diterima Gatra.com disebutkan bahwa UMKM berperan sentral dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyerap 89 persen tenaga kerja di sektor swasta serta berkontribusi terhadap 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Walau demikian, sekitar 51 persen dari UMKM memiliki keterbatasan akses, bahkan tidak memiliki akses ke pembiayaan. Kesenjangan pembiayaan ini diperkirakan mencapai US$166 miliar per tahunnya. Bagian penting dari UMKM, yaitu usaha yang dimiliki wanita, termasuk segmen yang mengalami kekurangan pembiayaan. Berdasarkan kajian IFC tentang Kesenjangan Pembiayaan UMKM (MSME Financing Gap Study, 2017), UMKM yang dimiliki wanita di Indonesia mengalami kekurangan pembiayaan sekitar US$21,2 miliar.

Baca Juga: KLHK Luncurkan Buku 'Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim'

Pertumbuhan Indonesia dalam beberapa dekade terakhir telah menghasilkan tingkat karbon yang tinggi dan menjadikan Indonesia, sebagai negara kepulauan, rawan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, Pembiayaan Hijau sangat penting bagi Indonesia untuk mencapai target pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen hingga 2030. Terkait hal ini, IFC memperkirakan bahwa Indonesia memiliki potensi Pembiayaan Hijau dengan nilai sekitar US$274 miliar antara 2016 hingga 2030.

“Pembiayaan Hijau dan Pembiayaan Rantai Pasok di Indonesia saat ini masih berada pada tahap awal pengembangan. Dengan visi untuk membawa perubahan bagi kehidupan jutaan orang, kami merasa senang dapat bermitra dengan lembaga keuangan multilateral yang kuat. Sehingga bisa memenuhi peningkatan kebutuhan dan mengurangi kesenjangan permintaan Pembiayaan Hijau dan Pembiayaan Rantai Pasok,” ungkap Direktur Utama Bank BTPN, Ongki Wanadjati Dana.

Baca Juga: Pengolahan Sampah Sunter Belum Bisa Di Bangun Tahun Ini

IFC telah bermitra dengan Bank BTPN sejak 2009 untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia. Dengan proyek ini, Bank BTPN diharapkan dapat meningkatkan nilai penyaluran kreditnya kepada UMKM yang dimiliki oleh wanita serta penyaluran kredit kepada nasabah wanita.

Mendukung pembangunan yang berkelanjutan melalui Pembiayaan Hijau dan menurunkan kemiskinan melalui inklusi keuangan adalah salah satu prioritas utama IFC di Indonesia. Sejak 2005, IFC telah menyediakan pembiayaan jangka panjang untuk proyek-proyek iklim senilai lebih dari US$24 miliar di samping mobilisasi inti senilai hampir US$19 miliar. Pada tahun fiskal 2019, IFC telah berinvestasi pada 93 proyek terkait iklim, membantu mencegah timbulnya emisi karbon dioksida dengan jumlah yang setara dengan 15,5 juta ton.

277