Home Politik LSM Lingkungan Kritisi Pembangunan PLTA Batang Toru

LSM Lingkungan Kritisi Pembangunan PLTA Batang Toru

Jakarta, Gatra.com - Organisasi kampanye asal Amerika Serikat, Mighty Earth bersama LSM lingkungan Auriga Agenda itu mengkritisi pembangunan PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. 

Dalam kegiatan tersebut, hadir penulis jurnal berjudul "Analysis of Electricity Demand in North Sumatra Province and the Planned Batang Toru Hydroelectric Power Plants Impacts" David Brown. Dia menjelaskan beberapa alasan mengapa PLTA Batang Toru tak semestinya dibangun. 

Selain tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik Indonesia atau Sumatra Utara di masa depan, menurutnya proyek PLTA yang bernilai US$ 1,6 juta ini juga mengancam ekosistem lokal serta orangutan Tapanuli yang terancam punah. 

"Sumatra Utara hampir sepenuhnya terelektrifikasi, dan pemadaman bergilir sudah tidak terlalu banyak terjadi. Provinsi ini bahkan memiliki surplus energi," ujarnya dalam konferensi pers di The Sultan Hotel, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (22/1). 

Baca jugaPLTA Batang Toru Bantah Rusak Habitat Orangutan

Lebih parahnya lagi, dia khawatir bahwa hutan Batang Toru yang menjadi situs pembangunan proyek ini juga merupakan habitat dari spesies orangutan yang baru ditemukan yaitu Pongo Tapanuliensis, dimana hanya hidup di hutan tersebut. 

David dalam laporannya mengungkapkan konstruksi dam di Sungai Batang Toru akan memisahkan habitat orangutan ini secara permanen dengan mengurangi keterhubungan antara populasi dan berkontribusi terhadap kepunahan spesies langka ini yang saat ini memiliki populasi kurang dari 800 individu di dunia dan merupakan kera besar paling terancam punah di dunia. 

Selain merupakan habitat satu-satunya orangutan Tapanuli, terangnya, ekosistem Batang Toru juga sangat beragam secara biologis. Disana terdapat 310 spesies burung, 80 spesies reptil, 64 spesies katak dan kodok, dan lebih dari 1000 spesies pohon. Area ini juga merupakan habitat dari enam spesies terancam dan rentan seperti Siamang dan Owa Ungko. 

Dia menegaskan bahwa laporan ini bertujuan untuk memperhitungkan signifikansi pembangunan proyek yang dikerjakan PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE) ini dibandingkan dengan dampak negatif yang bisa dibawanya. 

"Dari perspektif teknis, proyek pembangkit listrik tenaga air Batang Toru tampak dirancang dengan baik. Bagaimanapun, infrastruktur proyek tersebut akan menghancurkan atau mengisolasi tiga dari lima blok habitat spesies orangutan Tapanuli yang baru ditemukan," tuturnya. 

Ditempat yang sama, peneliti Auriga, Iqbal Damanik menuturkan bahwa pembangunan PLTA Batang Toru tampak dipaksakan. Dia mempertanyakan urgensi dibangunnya proyek kontroversial tersebut. 

"Hasil riset ini membuktikan bahwa PLTA Batang Toru bukanlah infrastruktur yang dibutuhkan Sumatra Utara, sehingga selanjutnya kita harus membuktikan siapa yang diuntungkan dari dipaksakannya pembangunan ini," katanya. 

525