Home Ekonomi Menkop Minta Mendag Stop Impor cangkul

Menkop Minta Mendag Stop Impor cangkul

Semarang, Gatra.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki berharap pada Kementerian Perdagangan untuk tidak lagi mengimpor alat bantu pertanian sederhana. Salah satunya pada ketergantungan impor cangkul.

“Kita minta kepada Menteri Perdagangan untuk tidak impor, karena sudah bisa produksi sendiri,” kata Menkop UKM, saat di Semarang, Jumat (24/1).

Impor cangkul pernah dibahas oleh Presiden Jokowi yang prihatin masih tingginya ketergantungan alat bantu pertanian cangkul pada produk luar negeri. Teten menyebut, permasalahan terkait produksi cangkul perlu pembenahan pada sektor hulu dan hilir.

Pada sektor hulu terkait bahan bakunya yakni plat baja. Bahwa di dalam negeri perusahaan sekelas PT Krakatau Steel sebenarnya sudah bisa memproduksi bahan baku baja.

“Apakah Krakatau Steel bisa (produksi), seharusnya bisa karena sudah ada pembiayaan dari BRI,” kata Teten.

Mantan Kepala Staf Kepresiden itu menyebut, sentra indstri logam di tanah air juga sudah mampu memproduksi cangkul sendiri. Seperti industri logam di Jateng, Jatim, Banten dan lainnya usdah menyanggupi.

“Saya kira kalau hulu dan hilirnya kita benahin, Inysallah kita bisa mengurangi alat bantu produksi pertanian sederhana pertanian dari impor,” katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) data impor cangkul 2015 sebanyak 14,2 ton senilai USD 6.589, tahun 2016 sebanyak 142,7 ton senilai USD 187.000, tahun 2017 sebanyak 2,3 ton senilai USD 794, taphun 2018 sebanyak 78,1 ton senilai USD 33.989, dan tahun 2019 sebanyak 268,2 ton senilai UDD 102.600.

Kemenkop UKM juga mendorong para UMKM untuk memanfaatkan akses permodalan yang telah disediakan oleh pemerintah. Tahun ini telah tersedia Rp190 triliun platform permodalam usaha kecil menengah.

Penyaluran pembiayaan untuk UMKM bisa melalui KUR, ULAM, dan BLU yang berhubungan dengan UMKM baik di pertanian, perikanan, perhutanan.

Platform pembiayaan dengan pagu terendah yakni Rp50 juta tanpa kolateral atau jaminan. Dengan bunga pinjaman sebesar 6 persen, turun satu persen dibanding tahun lalu.

“Sekarang pembiayaan bukan masalah. Hanya tinggal bagaimana model-model bisnis UMKM ini terus dikembangkan supaya modal investasi bisa masuk ke UMKM,” katanya.

Teten mencotohkan, jika ada salah satu warung kopi asal Indonesia mendapat suntikan investasi jutaan dollar. Hal itu dikarenakan, model bisnis yang diterapkan warkop tersebut jelas, bagus dan terjamin bisa tumbuh.

“Kalau kata Pak Presiden bilang itu kan ayam kita lebih enak dari asing, maksudnya kita tinggal buat model bisnis yang pas maka pembiayaan investasi bisa masuk dan besar, sehingga brand lokal siap lawan brand asing,” katanya.

183