Home Gaya Hidup Di Rumah Jadi Kenormalan Baru

Di Rumah Jadi Kenormalan Baru

Saat hampir semua aktivitas yang dilakukan manusia dilakoni dari rumah, muncul kenormalan baru. Pagebluk corona mengubah cara berada manusia.

***

Sebelum aturan kerja dari rumah (work from home) diberlakukan, rutinitas April (31) di hari kerja mesti berpayah-payah melintasi rumahnya di Cipondoh, Tangerang, menuju Slipi, Jakarta. Namun, semenjak virus corona menjadi pagebluk (wabah), semua aktivitas kantor seperti rapat hingga laporan dengan atasan, dilakukan via WhatsApp, Zoom Meeting, dan Google Hangout.

Meski semua kerjaan dilakukan di rumah, April merasa hasil kerjanya lebih efektif dan produktif. Namun, ada saja sisi tak efektif kerja dari rumah. "Jadi kebanyakan dan kelamaan meeting. Komunikasi juga jadi too much karena lewat chat," kata content editor di salah satu startup ini.

Apalagi rutinitas kerja di rumah juga dilakoni sambil mengurus anak. Bagi April, rumah yang sebelumnya jadi tempat istirahat setelah ia lelah bekerja, sekarang berubah menjadi tempat kerja juga.

Untuk urusan belanja daring, masih dilakoni Coni Agustin (31). Utamanya membeli kebutuhan pokok dan sehari-hari. Meski menjalani kerja dari rumah, Coni masih beli sayur di penjual langganan atau ke minimarket di dekat tempat tinggalnya di Bendungan Hilir, Jakarta. Hal yang tak lagi dilakukannya semasa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yaitu pergi berpelesir ke mal. "Menghindari kemungkinan bertemu banyak orang di tempat-tempat ramai," kata ibu beranak satu ini.

Berkegiatan hanya di rumah saja tentu membosankan. Untuk menghindari bosan, April memilih bermain bersama anaknya, menonton televisi, streaming film, atau mengecat kamar. Semua dilakoni April setelah selesai kerja hingga menjelang tidur. Adapun Coni memilih rutin berolahraga dan memasak di rumah.

Stay at home mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Para pekerja yang biasa pergi ke kantor dan bertemu banyak orang, kini harus melakukan semuanya dari rumah. Saat pergi ke mal menonton bioskop atau sekadar jalan-jalan, pergi ke tempat wisata, dan kegiatan lain yang dilakukan di luar ruangan tak lagi dapat dilakukan, maka semua kegiatan hanya terpusat di rumah.

***

Pada Senin, 20 April, Managing Director Inventure, Yuswohady, membuka webinar bertajuk "Consumer Behaviour Shifting Amid the COVID-19". Ia mengatakan, merebaknya virus corona yang belum ketahuan ujungnya ini, menciptakan perubahan perilaku masyarakat. Saat semua aktivitas kehidupan mesti dilakukan di rumah, ia menyebutnya stay at home lifestyle.

Menurut Siwo, sapaan akrab Yuswohady, kondisi ini akan mengantarkan pada kenormalan baru (new normal) kehidupan manusia. "Setelah sekian lama kita masih bertahan dalam social distancing, kita akan anggap itu semua kenormalan baru. Tak akan ada lagi masa saat kita nonton di bioskop atau nongkrong di kafe, tapi memakai masker, cuci tangan, menjaga jarak, menjadi gaya hidup baru yang kita jalani. Ini akan berjalan terus-menerus, meskipun nantinya vaksin berhasil ditemukan," tuturnya.

Berubahnya gaya hidup manusia, meski vaksin corona telah berhasil ditemukan, tak serta merta mengembalikan tatanan perilaku masyarakat ke sedia kala. Manusia belajar dan beradaptasi menjadi lebih waspada dan hati-hati, serta mengantisipasi kemungkinan hadirnya virus lain yang serupa corona. "Jadi, kita dipaksa sangat cepat dengan gaya hidup baru atau perilaku yang disebut stay at home lifestyle," Siwo menambahkan.

Hasil penelitian yang dilakukan Nielsen berkaitan dengan pola hidup masyarakat sejak pagebluk COVID-19, menunjukkan terjadinya pergeseran gaya hidup masyarakat. Sejumlah kegiatan menunjukkan kenaikkan persentase dari hasil penelitian tersebut, yaitu memasak di rumah naik 37%, kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan (indoor) naik 34%, belanja daring naik 30%, food delivery naik 22%, dan take away naik 19%.

Aktivitas yang turun tajam dan menyisakan persentase di bawah 20%, antara lain makan di luar (8%), menongkrong di kafe (10%), kegiatan hiburan (9%), kegiatan outdoor (16%), penggunaan transportasi umum (8%), dan pelesir ke mal (8%).

Pergeseran perilaku konsumen ke arah pembelian daring terhadap barang kebutuhan sehari-hari, akan meningkatkan volume pasar daring secara signifikan. Selain itu, pola pengiriman makanan juga bertumbuh dari yang sebelumnya dilakukan orang sesekali, kini berubah menjadi kebiasaan. "Pasarnya yang sudah tumbuh ini akan semakin membesar. Pemain di industri ini harus sudah mulai mengadopsi model bisnis subscription, misalnya untuk layanan katering online, manfaatkan first-entrant advantage," Siwo menjelaskan.

Memasak di rumah juga disebut Siwo kembali menjadi tren karena COVID-19. Kegiatan ini demi menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi, selain banyaknya waktu luang yang dimiliki orang saat harus berada di rumah saja.

Lambat laun, virus corona mengubah kehidupan manusia. Ketika bekerja dari rumah, orang-orang menemukan fleksibilitas waktu kerja yang berujung pada suatu kenormalan baru. Saat antara bekerja di rumah, berkegiatan di rumah, dan bermain di rumah bisa diatur sendiri waktunya, semua ini menciptakan batasan yang kabur.

"Fleksibilitas waktu kerja menjadi kenormalan baru. Mereka lebih leluasa mengatur waktunya, di mana porsi living dan playing akan lebih besar dari sebelumnya. Keseimbangan working-living-playing yang lebih baik ini pada gilirannya akan meningkatkan kualitas dan kebahagiaan hidup (well-being)," ujar Siwo.

Meski demikian, April masih punya banyak keinginan yang dilakukan jika wabah corona usai. "Nginep di hotel, berenang, makan di mal, ke toko buku, ke salon potong rambut, dan pijat," ucapnya sambil terkekeh.

 

Fitri Kumalasari

 

- - - - - -

 

Kutipan

"Fleksibilitas waktu kerja menjadi kenormalan baru. Mereka lebih leluasa mengatur waktunya, di mana porsi living dan playing akan lebih besar dari sebelumnya."

- Managing Director Inventure, Yuswohady

 

Infografis

Aktivitas Impian Usai Corona

- Pergi ke tempat wisata: 21,8%

- Bekerja: 19%

- Bersilaturahmi dengan keluarga/teman: 13,9%

- Melakukan rutinitas seperti biasa: 10,9%

- Mudik/pulang kampung: 9,3%

Hangout: 8,5%

- Beribadah: 6,5%

- Syukuran: 1,8%

- Melakukan hobi: 1,2%

- Berbelanja: 1%

- Menikah: 1%

- Olahraga: 1%

- Kuliah/sekolah: 0,4%

- Cek kesehatan: 0.4%

- Meningkatkan pola hidup sehat: 0,4%

- Potong rambut: 0,2%

- Ziarah: 0,2%

 

Sumber: Alvara Research Center, April 2020.

 

- - - - - - 

 

Gaya Hidup Era Corona

 

- Memasak di rumah (37%)

- Kegiatan di dalam ruangan (indoor) (34%)

- Belanja daring (30%)

Food delivery (22%)

- Take away (19%)

 

Sumber: Nielsen, 2020.

 

146