Home Gaya Hidup Menyambut Wisata Normal Baru

Menyambut Wisata Normal Baru

Sektor pariwisata berbenah menjalani normal baru. Pelancong sudah rindu, penyedia jasa berlomba mengemas paket yang sehat dan aman. Ada Pemda yang siapkan sertifikat wisata normal baru.


Bagi pelancong, pelonggaran PSBB jadi kabar baik yang diembuskan pemerintah. Setelah lebih dari tiga bulan pemerintah melarang masyarakat untuk melakukan aktivitas di luar rumah, Reynaldi Adrian Pamungkas sudah mulai menyusun rencana bakal traveling sejak pertengahan Mei lalu. Ia berencana ke Malang, Jawa Timur.

Bahkan, pria asal Bogor ini sudah sibuk mencari informasi tentang akomodasi dan transportasi yang akan digunakan. Pilihan terbaiknya menyewa kendaraan pribadi dan penginapan dengan harga bersahabat," Kalau terdesak, alternatifnya mendirikan tenda di tempat wisata yang bernuansa alam,” katanya kepada Ryan Puspa Bangsa.

Meski rencananya hampir matang, Reynaldi yang bekerja sebagai pekerja lepas ini tetap merasa khawatir tertular Covid-19 saat nanti melakukan perjalanan. Pasalnya, ketika melakukan perjalan pasti bertemu banyak orang tidak dikenal dan tidak diketahui riwayat kesehatannya."Juga saat sedang di transportasi umum kita tidak tahu kebersihannya seperti apa,” ujarnya.

Karena itu, ia menyebut akan mempersiapkan diri dengan melakukan perjalanan sambil mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Reynaldi juga akan selalu mempersiapkan barang bawaan tambahan seperti hand sanitizer0, masker, hingga sarung tangan.

Beda lagi dengan Ilham Maulana Yusuf. Ia menggowes sepeda sebagai alat transportasinya untuk berwisata. Tujuannya ke Puncak Mossa di kaki Gunung Salak, Jawa Bara; tempat yang belum banyak dieksplorasi turis domestik. Wisata dengan gowes sepeda diyakini Ilham akan membugarkan tubuh dan jiwanya. "Logikanya badan bakal tambah imun terhadap Covid-19,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai admin di Gojek itu.

***

Tak hanya Reynaldi dan Ilham yang bersiap berwisata di normal baru. Pemda Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, juga menyatakan kesiapannya menjalankan normal baru. Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, bahkan memilih menggunakan “kebiasaan anyar” untuk mengganti frasa normal baru agar lebih familiar ditelinga masyarakat. Salah satu yang dipersiapkan Banyuwangi adalah membuka kembali pariwisatanya.

Banyuwangi bahkan sedia memberikan sertifikat kebiasaan anyar bagi para pelaku pariwisata untuk menyambut wisatawan. Sertifikat ini diberikan kepada para pelaku usaha yang memenuhi syarat telah mampu menerapkan protokol kesehatan dan keselamatan bagi wisatawan. Bahkan, bagi pelaku usaha yang lalai protokol tersebut, sertifikat laik pariwisata bisa dicabut.

“Kami menyiapkan sertifikat new normal. Kalau pengunjung datang dan pelayanannya tidak sesuai new normal akan kami cabut sertifikatnya. Ini kami sosialisasikan kepada pelaku usaha untuk beradaptasi pada cara-cara baru. Ini kami upayakan terus kepada masyakarat,” Anas memaparkan dalam webinar "Kepariwisataan setelah Era Pandemi" yang diadakan Kompas pada Sabtu, 6 Juni lalu.

Sosialisasi yang diberikan kepada para pelaku usaha sektor pariwisata utamanya penting mengutamakan pelayanan yang sehat dan aman. Seperti, restoran tidak lagi bisa menerima jumlah pengunjung terlalu banyak karena harus menerapkan jarak sosial. Atau sanggar rias tak lagi bisa menggunakan satu lipstik untuk ke banyak orang.

Akibat pagebluk, Banyuwangi harus membatalkan sekitar 120-an festival pariwisata yang direncananya terselenggara tahun ini. Kondisi ini tentu memukul para pelaku usaha. Pemda pun segera mendata para pelaku usaha yang terdampak. “Kami data terdapat ratusan [yang terdampak] dan berikan bantuan kepada mereka,” Anas menambahkan.

Bali juga disebut dan disiapkan sebagai daerah yang akan dibuka pariwisatanya untuk normal baru. Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi & Pameran Kemenparekraf, Itung Masruroh dalam Katadata Forum Virtual Series, Selasa 2 Juni lalu, menyebut Bali memenuhi syarat sebagai pilot project kenormalan baru pariwisata, yaitu tidak PSBB dan kurva penambahan kasus Covid-nya melandai.

Kemenparekraf juga telah berbicara dengan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) membahas langkah-langkah pembukaan Bali untuk normal baru pariwisata. Langkah-langkah tersebut membuat SOP, membikin simulasi, sosialisasi ke masyarakat dan pelaku usaha hingga destinasi apa saja yang siap dibuka.

Meski langkah-langkah sudah disiapkan, keputusan pembukaan Bali sebagai normal baru pariwisata ada di tangan Gugus Tugas BNPB. "Gugus Tugas yang akan menentukan pembukaan. Yang kami lakukan hanya menyiapkan destinasi itu juga protokol kesehatannya. Ketika siap dibuka kami siap kembali untuk meeting dan lainnya. Konsentrasi kami menjaga SOP dan protokol agar selalu siap ketika dibuka," tegas Iyung.

Dalam dokumen "Protokol Perjalanan Wisatawan di Era New Normal sebagai Rencana Pembukaan Pariwisata di Bali" yang diperoleh Gatra, terdapat dua hal yang menjadi perhatian pemerintah, yaitu alur kedatangan dan kepulangan wisatawan.

Wisatawan akan diberikan formulir untuk mengetahui sejarah perjalanan, tujuan, hingga wajib menunjukkan bukti bebas Covid-19. Bandara juga akan melakukan pengecekan suhu tubuh wisatawan yang baru datang dan akan kembali pulang. Hotel, restoran dan tempat wisata pun wajib menjalankan protokol kesehatan dan keselatan kepada para wisatawan, seperti wajib memakai waster dan menjaga jarak fisik.

Penerapan normal baru di sektor pariwisata dinilai Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) memungkinkanara wisatawan lebih sadar asuransi perjalanan. Covid-19 mendorong perubahan perilaku para wisatawan. "Masyarakat Indonesia yang biasanya soal asuransi kesehatan dan keselamatan tidak terlalu memikirkan, sekarang jadi lebih aware (sadar) ternyata perlu asuransi ini," kata Ketua Umum Asita, Nunung Rusmiati, pada Sabtu, 30 Mei lalu seperti dikutip Gatra dari Antara.

Hal ini terungkap dalam survei yang dilakukan ASITA mengenai perubahan perilaku wisatawan karena pandemi. Perubahan perilaku lainnya yang dikhawatirkan wisatawan adalah dalam melakukan perjalanan baik untuk kepentingan bisnis maupun hiburan. Oleh karena itu, pelaku usaha di sektor pariwisata harus dipastikan akan selalu melakukan mitigasi risiko terhadap layanan yang diberikan ke pelanggan.

Terkait langkah pemerintah menerapkan normal baru termasuk untuk sektor pariwisata diapresiasi oleh Asita. "Sesuai hasil ratas, pemberlakuan new normal memang akan ada pengurangan wisatawan, tapi dengan membuka kawasan yang penyebaran Covid-19 rendah, itu cara bagus mengembalikan pariwisata meski ada pembatasan jumlah kunjungan atau pengurangan jam," Rusmiati menambahkan.

Fitri Kumalasari

Prioritas membuka turisme:

- Menyediakan likuiditas dan melindungi pekerjaan

- Bangun kepercayaan dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan

- Kolaborasi sektor publik dan swasta untuk pembukaan pariwisata yang efektif

- Membuka gerbang pariwisata dengan bertanggung jawab

- Harmonisasi serta koordinasi protokol dan prosedur

- Penggunaan sistem kerja baru dengan pemanfaatan teknologi

- Inovasi dan keberlanjutan (sustainability) sebagai normal baru

Sumber: Priorities for Tourism Recovery, UNWTO: 28 May 2020

 

Barang wajib dibawa saat berwisata di masa pandemi Covid-19:

- Masker

- Hand sanitizer

- Tisu disinfektan

- Tisu isopropil

- Deterjen

- Termometer

Sumber: berbagai sumber diolah Gatra

 

32