Home Kebencanaan Korban Nakes di Jatim Terus Bertambah, Pemerintah Suplai APD

Korban Nakes di Jatim Terus Bertambah, Pemerintah Suplai APD

Surabaya, Gatra.com - Hingga hari ini (17/7) jumlah tenaga kesehatan yang menjadi korban Covid-19 di Jawa Timur tembus di angka 20 orang. Hal itu menjadi isu sensitif bagi pemerintah yang sedang berupaya menangani wabah tersebut di Jawa Timur.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan akan terus menyalurkan alat perlindungan diri (APD). Tanpa menyebut jumlah, Muhadjir mengatakan bahwa penyalurannya akan disesuaikan dengan kebutuhan.

"Kami akan supplly apd dalam waktu dekat. Saya janji. Jadi tidak ada lagi dokter komplain nggak ada APD," kata Muhadjir saat berdiskusi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur di Surabaya, Jumat (17/7).

Muhadjir menyatakan akan terus berkoordinasi dengan IDI Jawa Timur mengenai jumlah kebutuhan APD untuk penanganan pasien Covid-19 harian. Termasuk, dirinya juga akan memastikan keamanan jalur distribusi dan ketersediaannya.

Bukan tanpa alasan. Selain urgensi yang terkait penanganan pasien, adanya tenaga kesehatan yang menjadi korban Covid-19, akan semakin berpengaruh pada citra pemerintah. Muhadjir menyebut, nyawa satu dokter setara 100 pasien dari kalangan warga biasa.

"Kemudian tenaga kesehatan juga rentan. Karena kalau ada 100 orang meninggal karena Covid-19, satu diantaranya ada dokter (yang menjadi korban Covid-19) akan berpengaruh pada citra yang buruk," kata Muhadjir.

Parahnya lagi, lanjutnya, tenaga kesehatan yang menjadi korban Covid-19, mayoritas bukan dokter yang menangani langsung pasien Covid-19. Contohnya, dokter gigi dan dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).

Senada, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo memerintahkan semua dokter menggunakan APD leve 3 saat menangani pasien. APD harus memenuhi standar organisasi kesehatan dunia (WHO).

"APD standar WHO. Level 3. Wajib semua dokter. Jika ada dokter yang nggak pakai APD saat layani pasien, akan dilaporkan. Jangan sampai karena nggak pakai APD dokter terpapar," kata Doni.

Doni juga mewanti-wanti agar para dokter dan tenaga kesehatan lainnya memperhatikan jam kerja. Semua tenaga kesehatan harus punya jam kerja maksimal, katanya.

"Terus, dokter harus punya jam kerja maksimal. Dokter itu jam kerjanya berapa jam. Kalau perlu kami akan kerahkan sejumpah dokter dari luar Jawa Timur," tegasnya.

Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur dr Sutrisno sendiri tidak menyebut berapa jumlah kebutuhan APD. Sutrisno hanya memastikan bahwa konsumsi APD akan terus diperlukan tiap hari.

"Kebutuhan APD itu unlimited. Artinya, kebutuhan APD tidak akan pernah habis. Selama masih ada pasien, tentu (dokter dan tenaga kesehatan lain) akan butuh APD," kata Sutrisno.

Sutrisno menyebut, kebutuhan APD terbanyak adalah pada tenaga kesehatan yang melayani pasien di Surabaya Raya. Sebab, lanjutnya, Surabaya Raya hingga saat ini masih menjadi episentrum Covid-19.

53