Home Gaya Hidup Langkah Terukur Lewat Lahan Tidur

Langkah Terukur Lewat Lahan Tidur

Ada peluang baru di industri pariwisata setelah pandemi Covid-19. Celah itulah yang diintip pemerintah desa agar pembangunan terus berjalan. Apalagi beragam potensi dimiliki desa. Tinggal memaksilkan potensi yang ada.

Seiring dengan kemajuan teknologi, melakukan perjalanan dan berwisata menjadi semakin mudah diakses oleh orang-orang dari seluruh dunia. Industri pariwisata telah berkembang, memungkinkan individu atau kelompok untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia menciptakan aliran pendapatan.

Pemerintah Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, terus menggali potensi-potensi yang ada di desanya. Sebagai pilot projek, Pemdes Mulur meminta setiap kampung untuk membuat taman wisata yang dikelola oleh warga kampung.

Kepala Desa Mulur Sugeng Riyadi mengatakan, sebagai percontohan, dua kampung tengah mengkonsep untuk pembuatan taman. Dua kampung yang mulai pengerjaan yakni Kampung Pojok dan Balesari. "Kami memanfaatkan lahan tidur yang tidak dipakai, untuk pembuatan taman ini," ujarnya.

Sugeng mengatakan, proyek ini sebagai langkah awal untuk menjadikan Desa Mulur sebagai Desa Wisata. "Untuk taman, insya allah tahun depan, Pemdes akan membantu permodalannya sekitar Rp20-25 juta. Nanti akan kami ambilkan dari dana kas Desa," katanya.

Sugeng berharap setiap kampung di Desa Mulur sudah mulai membuat konsep desa wisata. Namun apabila di kampung tersebut tidak memiliki lahan untuk pembuatan taman, maka inovasi bisa berupa UMKM atau industri kreatif.

"Untuk yang tidak memiliki lahan kosong, kita arahkan untuk pembuatan UMKM, misal pembuatan makanan. Dan nanti kita akan bentuk Pokdarwis, untuk menggali potensi masing-masing di setiap kampung. Pokoknya minimal di tiap kampung ada satu inovasi untuk desa wisata," terangnya.

Sugeng menambahkan, Desa Mulur juga memiliki objek wisata yang ikonik, yaitu waduk Mulur, yang mana dapat diharapkan untuk menarik wisatawan. "Kami juga ingin membenahi waduk Mulur untuk pusat wisata. Kami sedang ajukan permohonan ke Pak Gubernur (Ganjar Pranowo). Semoga disetujui, dan dapat dikelola BUMDes Mulur," bebernya.

Sementara itu, semua tempat wisata (kecuali wisata air) di Kabupaten Purworejo telah dibuka. Akan tetapi jumlah pengunjungnya masih belum maksimal. Salah satu desa wisata yang terdampak adalah Desa Purbayan, Kecamatan Kemiri.

"Sebelum pandemi tiap bulan rata-rata wisatawan yang datang ke desa kami mencapai 1.000 orang. Setelah dibuka kembali, bulan Juli lalu wisatawan yang berkunjung hanya 867 orang," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Purbayan, Teguh.

Meskipun belum normal, Teguh menilai kondisi tersebut sudah membaik. Sebab wisata sempat ditutup tiga bulan selama masa tanggap darurat Covid-19 di Kabupaten Purworejo. Adapun obyek wisata alam yang ada di Desa Purbayan adalah Argobelah, wisata petik kopi merah, dan wisata Sungai Semami.

"Wisatawan bisa berkemah di Argobelah sambil menikmati sunset dan spot foto-foto selfie. Di Sungai Semami wisatawan bisa ciblon (mandi di sungai-red) dan makan siang di tepi sungai serta berkemah di tepi sungai," jelas Teguh.

Selain itu, di Bukit Bima wisatawan juga bisa berkemah di hutan pinus sambil menunggu pagi melihat sunrise. Uniknya matahari terbit di Bukit Bima adalah, matahari terlihat terbit di antara Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing. Desa tersebut juga menyediakan paket menu khas desa yang berisi nasi thiwul, ikan, ingkung ayam kampung, minuman cincau khas Purbayan, jenang temulawak, dan kopi Purbayan. Muh Slamet

 

30